𝐅𝐎𝐑𝐄𝐖𝐎𝐑𝐃

1.2K 143 3
                                    

PRIA ITU MASIH MENGINGAT SUARA BISINGNYA BAR.

Juga mengingat bagaimana lidah mengecap pahit dari Tequila yang ditegak satu jam lalu, namun untuk kali ini rungunya hanya mendengar desahan nafas sang hawa yang berada dalam kungkungan dirinya.

Mata sayu, rambut sehalus sutra yang berantakan akibat ulah keduanya, bibir merah muda yang sedikit membengkak akibat ciuman yang dilayangkannya secara beringas. Terlebih, daksa wanita semampai tanpa sehelai benang membuat dahaga akan hasrat duniawinya melambung mencapai titik kulminasi.

Sialan. Bendanya keras lagi.

Namun sungguh, ia tidak bisa tak melakukan apapun pada sang jelita yang berada dalam kendalinya sekarang.

Mungkin pengaruh alkoholnya sangat kuat, atau mungkin juga tidak. Karena sungguh pria itu dengan tingkat waras sewajarnya, tidak bisa menahan asmarahanda dalam dirinya.

Dan berakhir untuk memulai yang ke tiga kalinya, barangkali ia memang seperti orang yang terkena hypersex. Tapi tidak. Ia membantah itu, sebab selama hidupnya dan menempuh perjalanan keliling dunia, seorang Itoshi Rin sama sekali belum pernah jatuh pada seorang wanita.

Ia tidak tertarik. Karena menurutnya, wanita itu adalah mahluk yang sulit dimengerti, bukan juga dirinya berpikir untuk mencoba hubungan yang menyimpang. Rin masih waras seratus persen dengan hubungan lain jenis.

Namun, sepertinya kali ini berbeda. Rin menelan ludahnya sendiri, atau mungkin memang sebuah hasratnya muncul kala ia pertama kali melihat wanita itu.

Ia membenci lampu gantung yang memutar serta warna-warni yang menyilaukan, dilihatnya saja sudah membuatnya pusing. Ditambah dentuman musik yang membuat telinganya hampir kehilangan fungsi, bukan tanpa alasan mengapa ia berada di sini.

Mikage Reo lah yang menyeretnya kemari, alasan reuni katanya. Pikirnya adalah Reo membuat tempat VIP, tapi sepertinya tebakan kali ini salah. Pria violet itu tertawa sambil mengatakan, "sekali-kali berbaur." Dasar gila, memangnya Reo tidak memikirkan banyak pasang mata yang bisa saja menimbulkan sensasi?

Lagi pula mana sudi dirinya tertangkap media sedang berada di bar, jika pun memungkinkan, Rin ingin sekali keluar dari situasi sekarang tapi sungguh perkataan kakaknya sontak menggema, "kau seharusnya tidak bergantung padaku." Memunculkan sedikit rasa kesal.

Pria itu beranjak menuju Barista, memesan segelas Tequila.

"Apa jus jeruk ada?"

Pertanyaan itu sangat jelas memasuki telinganya, Rin hampir tersedak, jika saja ia tidak buru-buru menelan air dengan campuran ke dalam tenggorokan.

Ia melirik, seorang wanita dengan pakaian minim. Tidak terlalu kekurangan bahan, dress hitam tanpa tali pundak ketat melekat sempurna ditubuhnya. Rambut yang diikat ke atas secara acak, menjadi daya tarik sendiri, netra hijau keabuan miliknya turun pada leher jenjang.

Berpikir bak orang dewasa kotor jika leher jenjang dibubuhi bekas kecupan hingga keunguan, bukankah terkesan antik?

Lekukan daksa itu sangat indah, seperti lukisan tokoh pelukis terkenal saat menggores kanvas, detil bagian-bagian pentungnya tercetak dengan sempurna tanpa kegagalan pada pembuatan. Jelas sekali ia menemukan hasratnya menggebu seolah sulit ia sangkal.

Fuck.

"Wanna have a sex?"

Kalimat itu meluncur dengan mudahnya dari bibir seorang Forward terkenal, bukan hal tabu baginya atau hal awam jika ia mengungkit hal itu. Toh ia hanyalah seorang manusia yang masih mempunyai nafsu.

Rin mendecak, sebab sepertinya suara musik lebih besar dari nadanya barusan. Bahkan wanita itu hanya menatap dirinya tanpa sebuah klu, Rin membawa diri lebih dekat, hampir hilang akal sebab raksi manis yang menguar memasuki indra penciumannya, saat bibir tepat di samping telinga si wanita, Itoshi Rin hanya bertekad membuat tubuh insan gemulai ini hanya memohon kepadanya.[]

[]

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
𝐎𝐍𝐄 𝐍𝐈𝐆𝐇𝐓 𝐒𝐓𝐀𝐍𝐃Donde viven las historias. Descúbrelo ahora