#𝟏𝟏𝐡𝐞 𝐟𝐞𝐥𝐥

187 28 2
                                    

SAAT SANG SURYA KEMBALI PADA SINGASANA.

Sang kirana di bentala masih terlelap dalam lautan mimpi, bukan tanpa alasan kenapa ia menghabiskan akhir pekannya dengan tidur, secara tak langsung memang [Name] tidak mempunyai kerjaan lain selain itu. Lagi pula manajernya bilang ia harus banyak istirahat.

Namun sepertinya, ada ekpetasi yang tidak seindah realita, seperti sekarang. Bunyi bel apartemen di luar sana mengusik tidur sang putri, membuatnya menggerutu dan mungkin saja sudah mengumpat beberapa kali saat ia memaksakan diri turun dari kasur kesayangannya hanya untuk membukakan pintu.

Kurang kerjaan saja!

Dan siapa pula orang yang berani membunyikan bel rumah lebih dari satu atau tiga kali, tidak punya etika, nanti jika bertemu orangnya [Name] akan memaki di depan mukanya. Tidak peduli dengan reputasi, yang penting mentalnya sedikit rusak oleh orang yang mengganggu tidur lelapnya.

Saat setelah tangan membuka pintu, wanita itu malah di buat terdiam oleh kedatangan pria yang beberapa hari ini absen di pikirannya. Siapa lagi kalau bukan si bungsu Itoshi. "Rin?"

Lelaki itu terdiam bahkan bibirnya hanya membentuk satu garis tipis, [Name] memperhatikan dari atas hingga bawah, tidak terlihat formal. Hanya kaos hitam dengan jaket berwarna cream serta celana blue jeans, tanpa sebuah kata juga Rin memberikan buah tangan sehingga wanita itu harus mendekap barang tersebut secara tetiba sebab Rin langsung melepasnya. "Untukmu."

Demi apapun sepertinya Rin kehilangan akal atau mungkin tidak, dengan secara cuma-cuma pria itu memberikan barang dengan brand yang dia ambasador kan. "Terima atau tidak aku tidak peduli, kau bisa membuangnya jika tidak ingin." Ujarnya sangat ringan, meskipun gaji untuk menjadi aktris cukup untuk membiayai dirinya selama tiga atau lima bulan, tapi tas yang dibeli pria ini bukanlah nol yang terbilang sedikit.

"Rin jangan gila, kau tidak bisa memberikan ini padaku tanpa alasan."

Lelaki itu tak menanggapi, ia hanya melengos masuk tanpa izin dari sang pemilik apartement, meskipun tak diizinkanpun lelaki itu tak akan pernah peduli dengan boleh atau tidaknya. Toh ini Itoshi Rin yang notabenenya apatis tentang segala hal.

"Rin tunggu," si wanita menutup pintu dengan cepat, takut-takut ada pasang mata yang melihat, mungkin nanti karirnya akan runtuh seketika jika itu terjadi. Mau dikata apa kalau notabenenya ia mempunyai seorang tunangan lalu membiarkan lelaki lain masuk apartemennya? Meskipun Rin dan Sae adalak adik kakak tapi tak menutup kemungkinan jika pemikiran manusia banyak ragamnya.

Wanita tersebut berdiri di depan lelaki yang tengah duduk pada sofa panjang, sementara Rin menyingkirkan ponsel yang tadi ia tatap, "kenapa?"

[Name] hanya cengo, tidak tahu kata apa yang mau ia katakan pada pria di depannya, membiarkan Rin duduk pada sofa miliknya lalu ia bergegas lari ke dapur.

Sebenarnya [Name] tak pernah tahu wajah apa yang harus ia pasang saat bertemu dengan Rin setelah beberapa hari berlalu, alasan karena dirinya seorang Itoshi juga menjadi salah satunya, namun bukan karena itu pula ia harus menjaga jarak dengan Rin.

Karena Sae.

Walaupun hubungannya dengan Sae hanya sebuah kontrak semata, namun rasanya ia jahat juga jika terus berada dekat adiknya. Dan lagi perkataan Sae selalu menjadi teka-teki yang masih belum ia pecahkan, apakah lelaki itu sudah tahu semuanya dan lebih memilih untuk tutup mulut?

"Sedang apa?"

Kepalanya menoleh, menemukan Rin yang berada di ambang pintu masuk dapur, "membuat teh."

Wanita itu tak menghiraukan presensi lelaki yang kian mendekat hingga berdiri di sampingnya. "Rin, ada yang ingin kutanyakan." Lelaki itu tak menjawab, ia hanya menatap bagaimana [Name] yang hanya diam sambil menatap gelas yang masih kosong, entahlah mungkin masih menyusun sebuah kata.

"Hubungan kita ini sebenarnya apa?" Tanyanya, iyah mungkin selama ini dia hanya bingung dengan apa yang sedang dialaminya sekarang, pernikahannya dengan Sae pun sudah terlihat dengan jelas, namun hubungannya dengan Rin ini apa?

Dan Rin pun hanya bisa terbungkam.

Mungkin hanya sekedar bertanya atau sedikit menaruh harap pada pertanyaannya, tapi [Name] benar-benar tak tahu di mana letak ia menaruh hati pada lelaki di sampingnya ini. Bahkan sekarang pun saat dirinya berada di labirin penuh pertanyaan tak berjawab, Rin menambahkan beberapa teori yang membuatnya semakin bingung atas hubungan ini.

Lengan kekar yang melingkari perut serta dagu yang bertumpu pada pundak kecilnya membuat wanita itu tak berkutik, "yang kutahu pasti, bersamamu aku merasa tenang." Gumamnya.

Yang [Name] inginkan bukanlah jawaban tak pasti.

.

Sae tidak bisa fokus dengan pekerjaannya sekarang, banyak dokumen yang ia anggurkan, bahkan sisa cup ramen yang ia makan tadi malam pun berserak di atas lantai begitu saja.

Kian lama ia semakin bingung dengan teka-teki yang malah ia buat sendiri, padahal sejak awal Sae sudah mendeklarasi tentang hubungan yang tak akan pernah ada dalam hidupnya. Jika pun ada maka itu hanya hubungan yang tak akan sampai di jenjang serius, katakan Sae adalah lelaki yang bermain-main dengan banyak hati, namun kali ini terasa beda.

Ia tidak pernah menyadari bahwa memang di satu hal lain hati kecilnya memanggil sebuah nama, namun satu logikanya untuk tak melangkah terlalu jauh. Sebab ada perasaan yang membuatnya ragu.

Dan itu adalah, ia mengetahui bagaimana adiknya bersikap.

Sae tahu semuanya.

Namun ia hanya diam.

Sejak ia mendaratkan tatapan pada foto yang disodorkan padanya, Sae tak pernah berharap banyak pada perempuan yang menjadi sebuah ajang sayembara sang Ayah untuk menjadikan reputasi perusahaan makmur katanya. Apakah Sae percaya begitu saja? Tidak.

Perusahaan itu tetap akan meraih income meskipun tanpa campur tangan yang sekiranya Sae tahu tak akan ada manfaatnya.

Namun Sae mengikuti bagaimana cara Ayahnya bermain, toh ia juga dengan senang hati, dan menganggapnya hanya main-main saja sejak itu, tak memikirkan hal lebih.

Tatkala malam itu suara radio mobil berada di antara mereka berdua, diam-diam netra hijau itu mengagumi wanita yang tengah berada di samping kursi jok mobilnya dengan sangat.

Sae mungkin tak punya pengalaman tentang cerita cinta dihidupnya, namun pandangannya kian beda saat bertemu wanita tersebut.

Yang Sae tahu, dia sudah terlanjur jatuh sejak lama.[]

[]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 11 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝐎𝐍𝐄 𝐍𝐈𝐆𝐇𝐓 𝐒𝐓𝐀𝐍𝐃Where stories live. Discover now