#𝟎𝟖𝐮𝐧𝐝𝐞𝐫 𝐭𝐡𝐞 𝐢𝐧𝐟𝐥𝐮𝐞𝐧𝐜𝐞

844 85 16
                                    

CW!kindarape, sexual harassment.

MENINDAK LANJUTI PERKATAANNYA.

Setelah mengatakan demikian Rin mengambil kartu akses masuk kamarnya, diikuti perempuan yang seperti anak anjing mengigil takut keramaian, pikirannya dipenuhi hal negatif saat pintu di tutup, benarkah ia tidak bisa keluar dari situasi ini. Rin menoleh ke belakang, perempuan itu masih berdiri di tempatnya dengan sempurna. "Buat apa berdiri di situ?"

"Bisakah kita berbicara di luar saja? Aku merasa tidak enak memasuki apart orang lai—"

"Memasuki?" Rin menyugar surai, "aku yang memintamu masuk." Lelaki tersebut beranjak, meninggalkan [Name] yang mematung di sana, "dasar laki-laki sulit dimengerti." Ia akhirnya mengalah dan duduk pada sofa, menunggu si pemilik apart kembali dari ruangan, sesekali matanya melirik sana-sini dan langsung terpaku pada pigura yang terletak di samping TV.

Ia beranjak, memastikan bahwa matanya tak salah tangkap dengan apa yang dilihatnya, sebuah bingkai foto dengan tampilan sederhana, tangannya mengambil pigura tersebut dan meneliti satu persatu manusia yang tertangkap lensa kamera. Tak ada yang salah dari foto yang dilihat, keluarga ini sangat hangat. Hanya itu pikiran [Name] melihat dua anak kecil berwajah familiar yang masing-masing tengah dipangku oleh orang tuanya.

Pupil matanya sontak melebar, "apa yang kau lihat?" Ia berjengit, buru-buru menaruh pigura itu kembali di tempat. "Hanya melihat-lihat?" Netra hijaunya menatap wajah figur di depannya,  "aku tanya apa yang kau lihat? Bukan, apa yang kau lakukan."

Salivanya ditelan kasar saat kaki panjang lelaki tersebut perlahan mendekat, wanita itu langsung terpaku di tempatnya lagi saat tangan panjang Rin perlahan meraih, "kau sudah menyadarinya?" bingkai foto kini sudah ditangan Rin, ia menatap sekilas lalu melirik pada perempuan di samping tubuhnya.

"Bahwa kau adalah seorang Itoshi juga? Ya." Memberi sebuah jarak, perempuan muda itu menatap Rin dengan mata yang mencari sebuah penjelasan. Apakah terlalu bodoh jika ia tidak mengingat sebuah marga seseorang? Atau memang hubungan mereka terlalu tak nampak hingga dikatakan ia tak tau seluk beluk apapun?

"Mungkin seharusnya dari awal aku menyadari bahwa kalian sangatlah mirip," Rin menaruh bingkai foto itu kembali, "tapi Itoshi Sae sangat pintar menyembunyikan identitas keluarganya, hingga membuatku percaya bahwa Itoshi hanyalah memiliki putra sulung saja awalnya."

Rin tersenyum kecut, "bukan keluargaku, tapi Sae tidak pernah menganggap aku sebagai adiknya, terlebih pria tua itu pun seperti tutup mata dengan renggang hubungan anaknya." Lelaki tersebut duduk pada sofa, menyandarkan punggungnya dengan mata yang menatap ke arah langit-langit apart. Rin lalu menaruh atensi pada wanita yang perlahan menghampirinya dengan ragu, "bukankah kau sudah bekerja keras?"

Rin terhenyak, saat kalam itu terucap dari labium merah muda milik wanita jelita di depannya, karantala halus memegang sisi wajah dari lelaki tersebut lalu mengusap dengan perlahan. "So Rin, you're more than enough than you think." Mungkin innerchild milik lelaki itu tengah haru gembira, temukan seseorang yang mengatakan hal diluar ekspetasinya menjadi seorang manusia mengejar sebuah kesempurnaan, mungkin saja mulai detik ini ia hanya ingin sedikit beristirahat untuk mengejar punggung yang dikaguminya.

"Jadi diri sendiri saja Rin."

Lelaki itu menarik satu sudut bibir, menarik lengan si gadis hingga duduk di atas pangkuannya, hingga dua durja itu saling bertatapan dalam satu dunia yang larut pada malam hari. "Apa maksudmu mengatakan itu?" Ibu jari serta telunjuknya berada pada dagu wanita tersebut mengangkat wajah si empunya agar menatap netra hijau miliknya, "kau pikir aku akan jatuh hm?"

Tanpa menunggu sebuah kesempatan lain kali, Rin kembali memberikan ciuman pada bibir merah muda perempuan tersebut, sang puan terkejut alias mati tindakan oleh tindakan yang diberikan. Rin yang kesal menggigit bibir bawah perempuan tersebut hingga dengan refleks membuka mulutnya, tanpa membuang kesempatan lagi ia mengabsen rentetan gigi satu persatu. Seperti biasa, rasa manis terkecap daging tanpa tulang, Rin candu dengan sebuah rasa ini.

𝐎𝐍𝐄 𝐍𝐈𝐆𝐇𝐓 𝐒𝐓𝐀𝐍𝐃Where stories live. Discover now