18.|| Tangis Yulia

49 39 4
                                    

HAPPY READING♡

________

Pernah tidak kamu merasakan suka dengan seseorang yang baru kamu kenal?

karena Dia sering berada di dekatmu. Kamu bisa merasakan kehadirannya sedikit berpengaruh untukmu.

Rasanya kamu ingin berada di dekatnya setiap saat. Namun saat dia berada di dekatmu. Perasaan lain tiba-tiba muncul.

Tiba-tiba kamu menginginkan dia pergi. Bukan pergi untuk tidak kembali. Namun sebuah pergi yang tidak bisa di jelaskan secara lisan.

Kamu menginginkan dia pergi. Namun, saat dia mulai beringsut menjauh, rasanya kamu ingin dia kembali lagi.

Itulah hal aneh yang saat ini kurasakan.

Mungkin bisa di bilang aku adalah cewek labil dan plin plan, yang baru mengenal apa itu cinta?

Bagaimana menjalani cinta? Dan segala hal yang berkaitan dengan cinta.

Sebenarnya aku, memang tidak mengerti dengan yang seperti ini. Bahkan aku belum pernah berniat sama sekali.

Tapi entah kenapa aku saat ini mengalami semua yang ku sebutkan itu.

Setelah beberapa bulan terakhir ini, rasanya aku begitu dekat sekali dengan kak Aldy. Tentangga, teman dan juga salah satu kakak kelasku.

Beberapa bulan terakhir ini aku sudah mulai tahu apapun tentang dia. Awalnya aku tidak berniat sama sekali untuk mengetahui. Bahkan mencari tahu hal seperti itu. Tapi nyatanya, saat ini aku mengetahuinya sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu.

Aku masih sama dengan beberapa bulan yang lalu. Aku masih pendiam. Masih jarang bicara dengan orang yang baru ku kenal. Masih sering menulis keseharianku di dalam buku diary tebal bersampul merah yang merupakan buku ke 4  yang menjadi tempat curhatku sejak aku duduk di kelas 4 SD. Dan kebiasaan baru ku adalah mengikuti keseharian dia… yang saat ini diam diam ku simpan di dalam hatiku.

Dan, sekarang aku mulai berharap. Mengharapkan sesuatu yang aku sendiri ragu dengan hasilnya.

“Windya, Yulia datang. Mau belajar bareng katanya.”

Aku mengerjap, menutup buku Diary tebal, yang tadi sempat ku baca di dalam hati. Aku baru ingat sesuatu. Kemarin, aku dan Yulia berencana ingin belajar bersama hari minggu ini.

Beberapa minggu lagi setelah mengadakan perpisahan siswa-siswi kelas XII kami akan melaksanakan ujian kenaikan kelas. Dan karena hal ini aku dan Yulia, merencanakan ingin banyak banyak-belajar untuk meningkatkan nilai kami.

Aku beringsut dari ranjang ku. Berjalan keluar dari kamar, untuk menemui Yulia. Tapi sebelum aku membuka pintu kamar, Yulia sudah menerobos masuk terlebih dahulu.

Aku mengernyit menatap anak ini. Wajahnya terlihat kusut, dengan mata yang kelihatan membengkak. Membuatku menyimpulkan sesuatu, “Lo habis nangis?”

Bukannya menjawab, Yulia malah memelukku dengan erat sambil meumpahkan air matanya disana. Aku mencoba melepaskan pelukan anak ini dengan cara mendorong pelan bahunya. “Lo kenapa?” tanyaku kebingungan.

Yulia kembali memelukku. Suaranya kian terdengar keras. Aku bingung bercampur panik. Sebenarnya ada apa dengan anak ini?

Aku memilih diam untuk beberapa saat, tidak menanyakan apa yang terjadi pada Yulia untuk sekarang ini.

Tanganku mengelus-elus punggungnya pelan, berniat menenangkan. Jujur saja, aku baru kali ini melihat dia se menangis ini.

Yulia yang biasanya ceria kini mendadak menangis seperti ini. Berkali kali tangisnya mereda, namun kembali terdengar dan semakin keras. Tanganku yang semula masih mengelus punggungnya kini bergerak naik untuk mengelus rambutnya.

“Mama... hiks, sama papa gue, huaa…” Aku menngernyit bingung. mama dan papanya bertengkar? “Mau cerai..hehuaaa…”

Tqngisannya semakin keras, sampai sampai dia menghentak hentakkan kakinya ke lantai. Bunda ku bahkan sampai nongol di depan pintu karena terkejut. Beliau bertanya, tapi aku hanya menggelengkan kepalaku pelan. Seolah berkata nanti dulu.

“Yulia.. Nangis aja sepuas puas yang lo mau. Nangis aja kalau itu bisa ngurangin beban. Gue pasti ada di sini buat lo.”

Setelah aku mengucapkan itu, Yuya kembali menangis tersedu-sedu di dalam pelukanku.

Aku tidak akan bertanya lagi. Aku akan mendengarkan jika dia ingin bercerita kepadaku.

Setidaknya aku sudah tau, apa yang membuat dia menangis seperti ini.

Dua hari yang lalu, aku memang sudah melihat tingkah Yulia yang terkadang suka, diam.

Kemarin se waktu selesai berdiskusi akan belajar bersama di rumahku juga, dia seperti ingin mengucapkan sesuatu. Tapi karena saat itu aku pulang bersama Kak Aldy al-hasil dia tidak jadi bercerita kepadaku. Aku jadi merasa bersalah.

“Gue nggak nyangka bakalan kayak gini."

Yulia mulai berbicara pada saat tangisannya mulai berhenti. “Nyokap gue ketahuan selingkuh sama rekan kerjanya. Bokap gue nggak terima. Udah sejak satu minggu  yang lalu mereka berantem. Awalnya gue pikir kalau itu cuma berantem biasa. Tapi udah dari dua hari yang lalu gue lihat papa gue marah besar."

"___Mereka berantem. Dan gue nggak sengaja denger itu." Yulia kembali terisak pelan.

"Gue nggak bisa tidur malam itu. Sampai pagi nya gue jadi malas sekolah. Tapi yang paling gue sedih, tadi sewaktu gue pulang Jogging, gue liat mama keluar dari rumah sambil bawa koper besar."

"Gue nangis liat itu, papa ngusir mama…” air mata yulia kembali keluar deras. “Dan mama bilang. Mama sama papa gue, memutuskan mau cerai, udah nggak ada lagi cinta di antara mereka berdua. Mama bilang dia udah bahagia sama laki-laki pilihannya.”

Aku memeluk Yulia yang sudah banjir air mata. Kembali menenggelamkan kepalanya di leherku, menangis sepuas-puasnya di sana.

“Mereka nggak sayang sama gue Win. Mereka nggak sayang sama gue..” Yulia mengangkat kepalanya. Aku ikut menangis melihat Yulia seperti ini. Rasanya bagaimana jika aku yang merasakan posisi Yulia saat ini.

Jujur saja pasti aku tidak sanggup. Aku tidak mungkin sanggup.

Disaat seperti ini aku tidak bisa berkata apa-apa. Bahkan mengucapkan kata Sabar pun aku sudah tak sanggup. Semua jika sudah berhubungan dengan orang tua, pasti tidak akan ada yang mampu merubah.

Itu semua sudah keputusan dari mereka berdua. Sebagai anak, kita nggak akan mungkin bisa berbuat apa-apa kalau memang sudah begitu pilihannya.

“Mereka pasti sayang sama lo, percaya sama gue." Ucapku akhirnya sambil menahan tangis.

Yuya menggeleng “Malam ini gue nginep di rumah lo ya?” Pinta nya.

Aku hanya mengangguk dan kembali memeluk tubuh yulia erat.

“Gue sayang sama lo Win. Jangan pernah tinggalin gue. Sama kayak mama yang ninggalin gue.”

“Gue nggak akan ninggalin lo Yul, nggak akan." Tegasku. "Gue bakalan selalu ada buat lo. Kapanpun itu..” jawabku yang semakin membuat Yulia terisak.

_________

To be continue.

Salam
@windyaaw_

Memori [COMPLETED]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum