bagian 4.

45 10 0
                                    

Di depan cermin, sembari menyisir rambut indah tergerai, Hanna termenung. Ia kedapatan menghela nafas beberapa kali. Sesaat pandangnya tertuju pada benda pipih tanpa notifikasi. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam dan Dong-min belum pulang.

Wanita elegan dengan piyama sutra itu kini berpindah menduduki ranjang king size. Perasaannya tidak baik. Entah kenapa Hanna merasa ada yang suaminya tutupi. Meski ia tak itu itu hal apa.

Tak lama berselang dari pulang berbulan madu, Dong-min seperti pria yang berbeda.

"Apa kau sudah makan malam?" Lirihnya.

Sebatas dada, Hanna menutupi tubuh dengan selimut. Matanya enggan memejam meski sudah ia coba. Hanna sangat gelisah. Salah posisi. Entah itu tidur menghadap kanan ataupun kiri. Menutup seluruh tubuh hingga kepala pun tak membuatnya dapat tidur.

"Aku merindukanmu. Kenapa tidak membaca pesanku." Lirihnya lagi setelah membuka selimut yang tadi sempat menutupi wajahnya.

.

Beberapa menit, sesaat dikala mata Hanna hampir terpejam. Pintu kamar terbuka.

"Oh.. aku sudah di rumah."

Suara itu tertangkap indera pendengaran Hanna. Pria itu pasti sedang menanggapi panggilan telepon. Kendati demikian, ia bungkam.

Rasa hangat terasa mendekat ke arah kening. Nurani Hanna kian gelisah. Sepertinya bukan hanya perkiraannya. Dongmin memang enggan menyentuhnya. Akhir-akhir ini Dongmin melewatkan ritual yang selalu ia lakukan. Mencium kening, mendekapnya. Sembari bertatapan keduanya biasa tidur dengan posisi itu.

Mengigit bibir bawah, Hanna menguatkan hati kalau ia baik-baik saja, sampai Dongmin meninggalkannya menuju ruang ganti pakaian, barulah Hanna membuang nafas.

_

Di apartemen sederhana miliknya, Yi-an terlihat berbincang dengan Yumi.

"Yumi.. sebenarnya__"

"?"

Tangan Yi-an menyentuh punggung tangan Yumi. "Terimakasih."

"Ya?"

"Yang waktu itu_ aku senang kau bercerita. Sebenarnya ada hal yang juga ingin ku katakan padamu. Ku pikir ini saat tepat."

Seisi ruang apartment saat ini hanya ada ia dan Yumi. Kai malam ini bermalam di rumah Jinyoung.

"Ini tentang Kai."

"Kai?"

"Eoh."

_

Gedung Samsan tech.

"Sudah kau lakukan apa yang ku minta?"

"Eoh. Ini tuan."

Mata tajam Dong-min melirik pada berkas yang barusan diletak orang kepercayaannya. Wajahnya menampakkan ketidakpuasan.

"Kau boleh pergi!"

Setelah sendiri, Dong-min membaca teliti lembar perlembar informasi yang diperoleh. Termasuk sebuah foto yang terlampir_ memperlihatkan kedekatan pria dewasa dan anak kecil. Menghela nafas, Dongmin menyandar pada kepala kursi dengan wajah mendongak dan mata terpejam. Jemari tangannya saling bertaut. Harus ia apakan pria keparat ini dan istrinya.
Kalau bukan karena wanita yang mereka temui di cathedral, mungkin dia masih dibodohi.

Sekarang harus bagaimana. Hanya ada dua pilihan. Meninggalkan Hanna? menghukumnya? atau pria itu? Dongmin tak yakin mampu berbuat buruk kalau menyangkut Hanna. Ia sangat mencintai istrinya meski tahu dibodohi. Satu-satunya cara adalah menemukan bedebah itu, lalu menghancurkannya. Ya. Harus.

Welcome Home (On Going) Where stories live. Discover now