bagian 9.

36 5 0
                                    

Gangnam-gu, Seoul.

Sial.

Amarah menjalar ke seluruh aliran darah Dongmin. Kalau ini jadi tujuan orang-orang berotot membawanya, kenapa tidak mengatakan sedari awal.

"Lepaskan! Lepaskan aku!"
Membelalak, nyalang Dong-min pada dua pria yang menyeretnya paksa.
Seumur hidup, pertama kali dia mendapat perlakuan tak mengenakan.

"Lepaskan cucuku!" Instruksi pria kepala plontos.

"Lepaskan dia! Sekarang kalian boleh pergi" imbuh pria paruh baya berwajah datar.

Diruang yang bertengger lukisan besar jendral Lee Shun shin, tampak seluruh anggota keluarga berkumpul. Duduk disebelah wanita berambut ikal panjang, suami dari si wanita yang menjadi paman kedua Dong-min.

Duduk disamping pria bertampang serakah, wanita yang memelintir surai merah marron, bibi kecil dari Dong-min. Putri angkat kakek Lee.

Diposisi kanan bibi kecil, ada paman berambut sedikit uban, berlensa tebal _ suami dari bibi besar Dong-min yang setahun lalu telah berpulang.

Terakhir, duduk disebelah sofa tanpa sandaran, suami istri terlihat harmonis. Satu dari mereka adalah sepupu Dong-min.

Puas memperhatikan satu persatu anggota keluarga, Dong-min turut duduk di sofa. Kendatipun kakek.

Tanpa bertanya, Dong-min kini tahu alasan dibawa setelah melihat foto berserakan di meja. Ya, apalagi kalau bukan foto-foto yang menampilkan keberadaannya di pengadilan. Beberapa foto juga memotret Hanna.

Kenapa bisa informasi cepat tersebar? Jawabannya sudah pasti karena uang.

Menggaruk pelipis, kakek memperhatikan cucu bungsu yang masih tersulut emosi.

"Jelaskan semua ini? Apa benar?"

"Tentu saja ayah mertua. Tuan Song secara langsung menemui ku dan menyerahkannya." Sahut paman kecil. Si isteri turut mengiyakan lewat anggukan.

"Ayah__"

Bibi kedua tak sempat melanjutkan pembicaraan, sebab kakek telah menaikkan tangan. "Kau, jelaskan sendiri pada kakek, paman dan bibimu."

Helaan nafas keluar dari mulut Dongmin bersamaan posisi duduk yang diubah serius.

"Jadi memang benar?" Simpul kakek.

"Lihatlah.. lihat ayah. Aku tidak habis pikir_" menjeda.
"Kakak dan kakak ipar tidak akan tenang disana." Ujar wanita rambut ikal.

"Dong-min, bukannya aku ingin mencampuri urusan pribadimu. Tapi_ bagaimana dengan saham perusahaan? Besok_" melihat sebentar pada sepupu.
"_setelah matahari terbit, nasib saham kita di pasar akan anjlok."

Huh..
Tarikan nafas membuncah. Kendati, Dong-min tidak berkutik.

"Kenapa tidak merundingkan dengan kami dulu? Sekarang kita harus bagaimana, ayah mertua?" Imbuh paman besar.

"Istrimu? Di mana dia sekarang?" Aju kakek.

Dong-min menggeleng pelan.

"Kau ini benar benar-benar payah_" sela bibi kecil. Sembari berkata, dia lanjut memilin rambut.

"Bersembunyi saja selama beberapa hari. Aku akan mengambil alih." Lagi, sepupu Dong-min.

"Kenapa harus?" Dong-min tidak terima.

"Tidak mau."
Melihat satu persatu dengan amarah, Dong-min beranjak.

"Kau mau kemana!? Duduk! Apa begini kakek mendidikmu?"

Welcome Home (On Going) Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum