bagian 16.

24 5 0
                                    

Pagi ini suasana di meja makan terasa suram. Dua orang dewasa diantara ketiganya terlihat tak bersemangat. Yi an terpantau berulang kali mengaduk makanan dan Hanna hanya memandangi nasi di hadapan.

Tak perlu indera keenam, siapapun tahu kedua orang ini sedang terlibat konflik. Kai yang melihatnya pun tak berani bersuara.
Sudah jadi kebiasaannya, anak itu makan dengan tertib. Bola matanya sesekali bergerak memandangi pria yang duduk disampingnya, kemudian melirik ke tempat Hanna berada.

"Kai, habiskan makanan mu. Nenek akan mengantarmu ke sekolah." Seru pemilik rumah.

Da-reum yang lumrahnya selalu berkomentar pedas, kali ini tak menggubris. Menyumpit beberapa lauk, anak itu lahap.

Mengunyah cepat, ia berujar.
"Aku selesai."

"Tunggu! Kalian berangkat bersama saja ke ladang."

"Hari ini aku ingin libur. Nenek bisa memotong upahku." Potong Yi an.
Wajah tanpa semangat itu menunjukkan senyumnya kala saling beradu pandang dengan Kai. "Sayang, ayah baik-baik saja. Ayah hanya sedikit lelah. Nanti di sekolah Kai patuh pada guru, ya."

"Baik ayah." Sahut Kai dengan anggukan.

_

Sepeninggalan yang lain, dua orang sepantaran itu masih berdiam ditempat sama.
"Hanna_ya.."

Si wanita meluruskan pandang.

"Maaf sebelumnya, bisakah kau meninggalkan tempat ini?"

Memandangi Yi an, Hanna tak berkutik.

"Ini mungkin terdengar kejam, tapi sebagai ayahnya aku ingin Kai aman."

"Tidak bisakah kita mengasuhnya bersama?"

Pria itu menggeleng pelan. "Apa yang akan kau katakan padanya ketika dia bertanya. Jangan lukai Kai. Selama ini dia hidup tanpa sosok seorang ibu dan baik-baik saja. Di masa mendatang pun akan seperti itu. Kami berdua akan saling melengkapi."

Hanna mengangguk pelan dengan mata berkaca. "Aku paham. Beri aku sedikit waktu."

"Kenapa dulu kau sembunyikan dari kami? Apa kau tahu betapa cemasnya Yi jin karena menghilangnya dirimu?"

"Maaf."

"Hanya ini yang bisa kau katakan?"

Retina Yi an membulat. Dia tak percaya pada teman satu ini. Anak itu tak berpegang pada janji yang mereka buat. Semestinya Hanna tak pergi tanpa kabar. Membuat keduanya menunggu dan merindu bagai orang linglung. Baginya perbuatan Hanna saat itu amat kejam.

"Apa yang akan kau lakukan setelah pergi dari sini?"

"Tak tahu."

"Kembalilah pada pria itu. Dia sangat mencintaimu. Bersamanya kau akan aman dan hidup berkecukupan seperti kemauanmu."

Dengan mata berair, Hanna terkekeh. Yi an terlalu mengenalnya. Pria ini mengetahui jalan pikirnya. Sayang, sekali ini Yi an salah.

"Jangan cemaskan aku, cemaskan saja dirimu."

-

"Kenapa kalian tak menyahut panggilanku? Ku pikir kalian tidak berada di rumah." Ah Yoon hadir dengan senyum secerah mentari. Kehadiran wanita berwajah kecil ini biasanya selalu membuat mood membaik. Namun tidak dengan situasi panas disini. Dia sendiri jadinya canggung ditengah dua manusia yang terkesan tak bersahabat.

"Maaf. Sebaiknya aku pergi."

~ sepi

"Kalian sungguh tak akan menahan ku? Wah.. benar-benar aneh. Baiklah, aku pergi."

Welcome Home (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang