bagian 11.

40 7 0
                                    

Petang hari.

Ketika pulang, keadaan rumah tampak sepi. Tiga kali nenek memanggil satu-satunya tamu wanita yakni Hanna, wanita itu tak juga menyahut.

"Kemana saja wanita itu pergi. Kemarin dia pulang dalam keadaan mabuk, sekarang?" Nenek mengarahkan pandangnya pada Yi an.

Dipandang sedemikian rupa, Yi an menjawab spontan, mungkin dia ada dibelakang, aku akan mencarinya dan meminta dia menemui nenek.

Belakang yang dimaksudkan Yi an yakni ruang terbuka besar tempat dimana nenek menyimpan puluhan kendi berisi saos basah untuk bumbu masak dan aneka kimchi. Tak hanya untuk konsumsi sendiri, sebagian dijual hingga ke luar desa.

Untuk mencapai tempat itu, Yi-an melewati lorong kecil yang berada disamping kamar tidur nenek. Juga melewati kamar mandi yang dibuat terpisah dengan kakus. Berjarak sekitar lima meter dari lorong.

Kian maju, sampai pandangan mengarah ke hamparan kendi timbul, Yi an tak juga menemukan keberadaan Hanna. Kemana perginya dia? Tak mungkin wanita itu menghilang tiba-tiba.

"Hanna.. keluar! Nenek mencarimu." Pekik Yi an hingga berulang, namun tak ada tanggapan. Lelah, Yi an terduduk menyandar kendi. Berpikir tempat yang memungkinkan Hanna untuk pergi.

Beberapa saat setelahnya, Kai pulang diantar Ah-yoon. Gadis itu memberitahu kemungkinan Hanna pergi bersama tamu yang tadi pagi datang dan menghebohkan warga. Bisa saja Hanna pergi dengan pria tampan itu menaiki heli.

Masih tak menerima kenyataan dari orang-orang dewasa yang membicarakan kedatangan pria tampan hingga membawa pergi peri-nya, Kai berjalan tunduk menuju kamar. Bagaimana bisa? Dia belum sempat berbicara dengan Kakak cantik itu. Didalam ruangan, diam-diam Kai menitikkan airmata.

Mendengar penjelasan Ah-yoon, kian membuat nenek murka. Kalau memang Hanna pergi bersama pria tajir, kenapa tak meninggalkan catatan. Wanita kota memang tak beretika. Persepsi nenek kian kuat. "Da-reum, katakan pada Yi-an untuk kembali. Tak usah lagi mencari wanita itu."

Perasaan bersalah meliputi hati Ah-yoon. Ia tak melihat dengan mata kepala sendiri kalau Hanna bersama si pria. Hanya mendengar dari mulut ke mulut omongan tetangga. "Nenek, bisa saja Hanna tidak pergi. Apa mungkin, Hanna kesasar?"

"Ah, mungkin saja. Kenapa tak terpikir olehku." Seru Yian yang barusan akan melapor. Dia tersadar akan kelemahan Hanna. Dulu, Hanna sering tak ingat jalan pulang. "Nenek, aku akan pergi mencarinya." Bergegas Yi-an meninggalkan teras depan. Menyusuri jalan persawahan sembari memanggil nama Hanna.

Mulai dari area sawah, kebun teh, dan terakhir terpikir olehnya mendatangi area luas di belakang rumah nenek yang terhalang tembok tinggi. Disinilah ditemukan titik terang.

"Aku disini." Samar terdengar sahutan. Suara itu terdengar sangat-sangat lemah hingga Yi an harus berhenti sejenak dari larinya. "Hanna.. kau kah itu?"

"Ya, tolong selamatkan aku." Sekali ini Yi an yakin Hanna-lah yang menjawab panggilannya. Meski mendengar suara, Yi an tak dapat melihat keberadaan Hanna. Berada ditengah lapangan di kelilingi parit, berlari kecil, Yi an mencari keberadaan Hanna.

Yi an kaget saat mengetahui Hanna jatuh ke dalam sumur tua. Kedalaman mungkin lebih dari sepuluh meter. Dari tempatnya berpijak Yi an tak dapat melihat tanda kalau disana ada lubang yang dulunya adalah sumber mata air.

"Kau baik-baik saja? Kenapa bisa berada disini?" Memegangi bebatuan besar yang mengitari lubang, Yi an sangat cemas. Dia tahu Hanna pasti kesakitan dibawah sana. Wanita itu tak banyak bergerak. Hanna pasti kelelahan. "Tunggu sebentar!" Yi an melihat sekeliling. Tak menemukan tali atau apapun yang bisa membantu mengeluarkan Hanna.

Welcome Home (On Going) Where stories live. Discover now