bagian 12

38 5 0
                                    

Meski kondisinya belum pulih seperti sedia kala, pagi ini Hanna meminta izin pada Yian_ mengantar Kai ke sekolah. Keduanya bergandengan setelah Kai melambaikan tangan pada sang ayah. Anak itu terlihat sangat gembira. Yi an berharap kebahagiaan putranya tak hanya bertahan hari ini.

Dari arah pintu dapur, nenek turut menyaksikan kebahagiaan sederhana Kai. Kasian anak itu, dia membatin. Apakah saat kecil Da reum_ cucunya juga merasakan hal serupa. Nenek mengusap dada.

Disepanjang perjalanan yang ditempuh bersama, sesekali Kai mendongak_memandang wajah Hanna yang tak tampak begitu jelas, terhalang silaunya mentari. Dia tersenyum kecil dan menggenggam tangan itu kian erat seolah takut terlepas.

"Kai_"

"Ya?" Anak itu kembali mendongak dengan kedua kaki yang terus melangkah.

Hanna ragu, haruskah ia bertanya tentang keberadaan dari ibu anak ini. Kai sangat manis, ibu dari anak ini tak seharusnya meninggalkannya. Lagi, Yi an bukan pria jahat, tak ada alasan bagi wanita itu sampai melepas keduanya. Mungkinkah karena faktor lain? Pikirnya.

"Kenapa bibi berhenti?" Pertanyaan Kai mengacu pada Hanna yang terdiam, tak melanjutkan bertanya. "Bibi penasaran di mana ibu saat ini? Ayah bilang ibu punya urusan penting. Bila saatnya tiba, ibu akan kembali. Kai tak sabar menunggu saat itu tiba." Senyumnya merekah.

"Ah begitu rupanya." Mengangguk, mengusap rambut legam Kai.

"Seberapa jauh bibi mengenal ayah? Sepertinya bibi tidak kenal ibuku." Pelan Kai.

Hanna menghentikan langkah. Menyamakan posisi dengan Kai. "Kami berteman. Teman kecil. Mungkin saat seumuran Kai. Tapi_"

"Lain kali akan bibi ceritakan. Atau Kai bisa bertanya langsung pada ayah Kai. Sekarang kita harus pergi. Kai tak ingin terlambat bukan?"

"Tentu. Tidak dihari istimewa ini."

Hari ini adalah hari ibu. Kai pikir pada hari ini dia akan diolok anak bertubuh gempal lagi. Beruntung Hanna mengetahui kegundahannya. Wanita ini bangun pagi dan menemuinya saat dia sedang mencuci wajah. Hanna menawarkan mengantar Kai ke sekolah dan akan menemani bermain hingga kelas usai.


_




Sekitar jam makan siang, matahari yang semula terik tiba-tiba menghilang. Berganti langit gelap, sebagian besar tertutup awan hitam. Di dalam pondok, nenek, Da reum, juga Yi an sedang menikmati makan siang dengan lauk yang dipersiapkan nenek.

Wanita itu menyantap bagiannya sembari memperhatikan Yi an yang juga tengah melakukan hal serupa~ sembari menatap padi menguning. Pikiran pria itu seperti berada ditempat lain.

"Kau dan Hanna, seperti apa hubungan kalian?"

Yi an menengok nenek. Ingin mengerti maksud pertanyaan wanita beruban ini. "Teman. Dulu kami berada di panti asuhan yang sama."

Nenek mendengarkan sembari menyuap nasi dan telur dadar gulung. Da reum makan dengan suapan besar. Pemuda itu tak terlihat berminat akan percakapan ini.

Menyudahi kunyahan, Yian melanjut,"kami berpisah sekitar umur dua puluhan. Dia tiba-tiba menghilang. Setelah itu, aku kehilangan kabar tentangnya."

Nenek mulai paham kenapa hubungan keduanya ada kecanggungan. Bersama beberapa hari tapi tak banyak komunikasi yang Yi an maupun Hanna lakukan. Keduanya bercakap kalau ada perlu saja. Meski demikian, disaat tertentu keduanya akan menunjukkan kepedulian satu sama lain. Pantas saja.

"Maaf."

"Ya?" Yi an dan Da reum memperhatikan nenek karena tak paham arti kata maaf yang perempuan itu utarakan.

Welcome Home (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang