A17

30 6 0
                                    

HAPPY READING










☁️☁️☁️

  "Kamu sekarang kerumah sakit, ayah tunggu, ayah sharelock sekarang." Ucap Ayahnya dengan suara tangisnya.

"Ada apa yah" Tanya Awan panik.

Dia langsung mnengok mendapati Gema yang tengah bermain game di kursi tunggu, "Lu mau ikut? gue mau ke RS yang lain." Ucap Awan panik.

"Eh kenapa?" Gema ikutan panik.

"Gue gatau gue cabut dulu." Ucap Awan langsung pergi dan disusul Gema, diperjalanan, Gema menelfon Nicho dan mengatakan kalau dia dan Awan pergi terlebih dahulu.

Sesampainya dirumah Sakit yang dibicarakan oleh Bima, Awan segera masuk dan menemui resepsionis dan menanyakan Nama Bundanya dan ternyata beliau belum lama masuk UGD, perasaan Awan sudah tak karuan mendengarnya.

"Yah, bunda kenapa?" Khawatir Awan melihat Bima yang tengah menangis didepan ruangan UGD.

"Bundaa~"

"Bunda kenapa?!" Emosi Awan.

"Bunda Jatuh didapur tadi dan kepalanya terbentur pintu kulkas hingga bunda Pingsan bang." Ucap Bima dengan Tangisnya.

"Kenapa Bisaaa??" Ucap Awan Frustasi, gadis yang disayanginya tengah dirawat RS dan sekarang Bundanya juga sedang berjuang di UGD.

"Tapi ngga parah kan yah?" Tanya Awan.

Bima hanya menggeleng tak tahu menjawab pertanyaan Awan tadi.

Awan menjambak rambutnya Frustasi, "Arghh bego gue ngga bisa jaga perempuan yang gue sayang." Teriaknya sambil memukul Dinding tembok.

Gema sedari tadi mendengarkan pun melihat Awan mengamuk segera menghentikannya, "Wan udah lu ngga bisa kaya gini, cukup duduk. do'ain bunda lu semoga selamat." Ucap Gema menasihati Awan.

Awan menangis tertahan, menunggu sekian lama, Dokter pun keluar dari ruang UGD.

"Keluarga atas nama Asna Hariani?" Tanya Perawat.

Bima bangkit, "saya suaminya." Jawabnya.

Awan dan Gema segera mendekat, "Ada apa Dok?" Tanya Awan tak sabar.

"Saya Minta maaf, kami sudah berusaha sebaik mungkin tapi Tuhan lebih sayang beliau, hari ini pukul 15.24 Nyonya Asna sagita telah meninggal dunia." Papar sang Dokter menjelaskan bahwa Asna, bunda dari pria dewasa yang tengah menahan tangisannya telah meninggal dunia, meninggalkan putra semata wayangnya dan juga meninggalkan suaminya.

"Ngga." Awan menarik dokter tadi, "periksa lagi dok, mungkin dokter salah diagnosa." Ucapnya sambil terkekeh menahan Tangis.

Bima hanya menangis dalam diam, sungguh telah tiba waktunya dia ditinggalkan oleh istri yang dicintainya.

"Maaf mas, tapi saya sudah memeriksa dengan sungguh-sungguh tadi, saya permisi." Ucap Dokter tadi pamit pergi undur diri keruangannya.

"Pak, mas silahkan jenazah boleh ditengok dulu sebelum kami sucikan." Ucapnya mempersilahkan Awan, Bima serta Gema masuk.

Gema sudah berkaca-kaca melihat Sahabatnya sedih seperti ini, Awan masuk keruangan dengan tatapan Kosong.

Dilihatnya seorang wanita cantik yang tengah tidur dengan lelap, berbaring ditutupi kain putih yang menutupi sekujur tubuhnya yang telah kaku, wanita yang telah melahirkannya, yang telah merawatnya hingga dia sebesar ini.

Hari ini hari patah hati terbesar Awan, dimana Bunda wanita yang paling disayanginya telah meninggalkannya untuk selamanya.

Awan membuka kain putih yang menutupi Wajah cantik Bundanya, Melihat Luka Bundanya dikepala yang cukup parah, membuatnya tak kuasa menahan tangis.

Bima sudah histeris sedari tadi, dan Gema menangis diam, dia tak tega melihat Awan seperti ini.

"Bun,, maafin Abang belum bisa buat bunda bangga, maafin Abang Bun." Ucap Awan sambil mencium tangan sang Bunda sambil menangis.

"Permisi, jenazahnya akan segera disucikan dan akan kami antar kerumah menggunakan Ambulans." Ucap Perawat memberi tahu.

Gema segera memberi tahu teman-temannya yang lain, terutama Anggota MARPOER untuk segera kerumah Awan dan menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pemakaman Bunda sang leader mereka.

Anggota MARPOER langsung segera bergegas kerumah Awan dan menyiapkan semuanya, Nicho berniat menjemput Awan kerumah sakit namun dilarang oleh Yusqi, "disana ada Gema juga, lu disini aja." Ucapnya.

Nicho menghela nafas panjang, dia bingung dan sedih, dia merasa bersalah karna tak bisa didekat Awan disaat-saat seperti ini.

Awan pastinya butuh sandaran dan penenang, lalu gadis yang disukai Awan juga tengah sakit dan tak bisa membantu menghiburnya.

Jenazah Asna datang disambut sanak keluarga Awan, Awan turun dari Jenazah dengan tatapan kosong dan muka lesu.

Nicho, Yusqi dan Daffa segera menghampiri Sahabatnya itu, "Sorry." Ucap Nicho merasa bersalah.

Awan hanya menggeleng menjawab ucapan Nicho, "Daffa langsung merengkuh tubuh Rapuh Awan, jika biasanya pria ini selalu excited dan bersemangat, hari ini dia sama sekali tidak tersenyum.

Sebelum dimakamkan, Orang-orang melakukan pengajian pembacaan Yasin terlebih dahulu, dan pada saat itu Keluarga Nayla datang.

"Kamu yang tabah." Ucap Arman Ayah Nayla.

Awan hanya diam tak menanggapi dia merasa kosong hari ini, mungkin hari-hari selanjutnya juga begitu.

"Wan kamu yang sabar, kamu harus ikhlasin Tante Asna yah." Ucap Nyala berusaha menghibur dan menyemangati Awan.

Dia pun duduk disebelah Awan dan ikut membaca Yasin.

Selesai pengajian, Jenazah pun dimakamkan saat Matahari terbenamn, Awan yang ikut mengantarkan Bunda tersayangnya ke Tempat peristirahatan terakhirnya itu, dia benar-benar merasakan kehilangan, seperti ini rasanya ditinggalkan oleh orang tersayang.

Beberapa anggota MARPOER memilih untuk menginap dirumah Awan sembari membantu membersihkan sisa tadi.

Awan sedari pulang dari pemakaman mengunci dirinya dikamar, waktu Bima mengantarkan makanan pun tak dijawab sama sekali.

"Nic coba lu bilang ke Arsya suruh telfon Awan, bujuk dia supaya dia mau makan, kasian ngga tega gue." Saran Gema pada Nicho.

"Ah iya bener."

Nicho langsung menelfon Arsya saat itu juga, "sya?" Tanyanya.

"Gimana Nic? lancar kan acara pemakamannya?" Tanya Arsya diseberang telfon.

"Alhamdulillah lancar, tapi sekarang Awan ngurung diri dikamar dia sama sekali ngga mau keluar, ini udah hampir jam 10 malem dan dia belum makan apapun dari siang." Ucap Nicho.

"Udah gue chat, dan gue telfon juga tapi nomernya ngga aktif Nic."

"Besok pagi gue usahakan buat nelfon dan bujuk dia, malam ini biarin dia istirahat, dia juga butuh waktu buat sendiri." Ucap Arsya.

"Oke, thanks sya."

"gimana?" Tanya Gema.

"Kata Arsya biarin dia sendiri dulu." Jawab Nicho.

Gema mengangguk paham mendengarnya.

TBC

*Tandai kalau ada typo

Jangan lupa vote coment
Share dan follow guys 🤗☁️.






𝗔𝗦𝗔Where stories live. Discover now