3. Hukuman

2.3K 372 174
                                    

Turun dari mobil di parkiran universitas yang ramai menjadi tongkrongan darurat, Jonathan dengan totalitas kelayakan yang dimilikinya untuk memperoleh gelar hot daddy sukses untuk merebut perhatian seluruh mahasiswa dan mahasiswi di sekitarnya. Tak ada satupun dari mereka yang akan menyangka bahwa pria dalam balutan casual outfit itu sudah berusia 48 tahun dan memiliki 4 orang anak bersama sang istri tercinta.

"Kelasmu mulai jam berapa, dek? apa gak telat datang jam segini? kalau izin aja gimana?" Tatapan lembut ia berikan pada Xabina yang berjalan sembari menggandeng lengan kanan-nya.

"Kelasmu mulai jam berapa, dek? apa gak telat datang jam segini? kalau izin aja gimana?" Tatapan lembut ia berikan pada Xabina yang berjalan sembari menggandeng lengan kanan-nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"No, ayah. Ini hari pertama adek kuliah, loh. Ayah juga tidak boleh bohong, ayah ingin Tuhan marah?"

Jonathan tertawa mendengar kata-kata khas milik Xabina yang nampak sedang kesulitan untuk menggenggam seluruh plastik jajanan dan kaleng minuman kesukaannya. Hasil dari kerepotan ini adalah Jonathan yang harus membawakan ransel berat milik si pria manis.

Ya, bagaimana tidak berat? isi di dalamnya bukan lagi laptop ataupun alat tulis yang dibutuhkan untuk mengikuti perkuliahan, namun juga perlengkapan tempur Xabina seperti makanan manis, vitamin, obat alergi, jaket tebal, satu kotak tissue, parfume, body lotion, skincare wajah dan kipas angin portable. Hampir mirip simulasi pindah rumah, kalau kata Tian.

"Harusnya tadi kita jangan muter-muter dulu buat nyari jajanan, dek. Telat kan jadinya."

Xabina mengerucut bibir pertanda kesal ke arah Jonathan. "Ish, ayah tidak mengerti adek. Abang Tian sudah ingkar janji pada adek soal membelikan pentol. Setiap malam adek tidak bisa bobo karena bermimpi pentol bulat-bulat yang yummy sekali." Memulai sesi drama, si pria manis pun menurunkan pandangan dan menghentikan langkah. "Ayah sudah tidak love adek banyak-banyak lagi, love ayah pada adek sudah berkurang. Membelikan adek pentol saja ayah sudah angry pada adek," lirihnya dengan nada dibuat-buat agar nampak semakin menyedihkan.

Jonathan yang lemah akan tipu daya Xabina pun gelagapan dan beranjak menghadap si anak bungsu. "Loh, kok adek ngomongnya gitu? mana mungkin cinta ayah sama adek berkurang? yang ada malah bertambah terus setiap hari. Ayah juga gak marah sama adek, ayah cuman takut adek kena tegur sama dosen kalau telat begini." Kedua tangannya beralih menangkup pipi bulat Xabina yang memancarkan rona merah muda alami.

"Bang Jo, adek?"

Mendengar panggilan dari suara yang sangat familiar, Jonathan dan Xabina menoleh secara bersamaan ke arah seorang pria dalam kemeja putih serta celana kain hitam yang membalut tubuhnya.

Mendengar panggilan dari suara yang sangat familiar, Jonathan dan Xabina menoleh secara bersamaan ke arah seorang pria dalam kemeja putih serta celana kain hitam yang membalut tubuhnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
XABINAWhere stories live. Discover now