17. Pengganti Obat Tidur (M)

2.1K 217 40
                                    

Menatap cermin di hadapan diri, seorang pria nampak tak mampu sembunyikan beban. Basah wajahnya diguyur air, kelu lidahnya menahan jerit. Apa yang harus dilakukan? bagaimana cara menyelesaikan masalah ini? siapa yang harus disalahkan? pertanyaan itu berputar penuhi seisi kepala Nathan sambil beradu dengan perkataan dokter yang baru saja didengarnya.

"Mohon maaf, Tuan Nathan. Hasil pemeriksaan saya tetap sama, anda merupakan seorang laki-laki carrier. Kalau memang anda aktif secara seksual dengan pasangan, kehamilan bukanlah hal yang mustahil untuk terjadi. Adapun usia untuk janin dalam kandungan anda, saya perkirakan sudah memasuki minggu ke-4. Masih sangat rentan, masih sangat kecil. Saya harap anda dapat membawa pasangan anda untuk pemeriksaan selanjutnya. Bagaimana pun, keputusan tetap ada di tangan kalian berdua."

"Anjiiiing, Milan anjingggg! semuanya gara-gara lu, sialan!" Lagi, Nathan kembali menghidupkan keran air di wastafel dan membasuh wajahnya dengan gerakan kasar. Enggan ia pergi dari toilet rumah sakit yang sudah menampung kegelisahannya selama lebih dari seperempat jam.

 Enggan ia pergi dari toilet rumah sakit yang sudah menampung kegelisahannya selama lebih dari seperempat jam

Ουπς! Αυτή η εικόνα δεν ακολουθεί τους κανόνες περιεχομένου. Για να συνεχίσεις με την δημοσίευση, παρακαλώ αφαίρεσε την ή ανέβασε διαφορετική εικόνα.

"Sekarang gue harus apa? ini idup lawak mulu, tapi selera humornya jelek."

Cklek.

Untuk sesaat, Nathan lupa bagaimana caranya bernafas.

Logikanya berasumsi bahwa mungkin, saat ini ia terlalu lelah sampai halusinasi kendalikan diri. 

Iya, pasti halusinasi. 

Kalau tidak, mana mungkin sosok pria yang sudah menghantuinya dengan pemikiran buruk selama beberapa hari terakhir ini tiba-tiba muncul dari salah satu bilik kamar mandi? takdir macam apa yang begitu jahil untuk mengatur ini semua?

"Masih idup? bagus, deh. Gue belum punya baju buat hadir di pemakaman lu." Tak memperoleh respon dari sang lawan bicara, tatapan sinis pun Nathan hadiahkan pada si pria yang kini berdiri menghadap wastafel di sebelahnya. "Jerry, mau sampe kapan lu kayak gini ke gue?" Tanpa niat untuk menjaga harga diri, kentara sekali rasa bersalah yang bersemayam menjadi nuansa dari lirih ujarannya.

"Gue salah udah nutupin kabar pernikahan Bina dari lu, Jer. Gue gak akan ngelak, tapi apa perlu sejauh ini lu ngebuat jarak di antara kita bertiga? segampang itu lu lenyapin persahabatan kita? bisa gak--"

"Gue? lenyapin persahabatan? gak kebalik, Nat?" Menarik beberapa lembar tissue yang tersedia, Jerry mengeringkan tangan tanpa menoleh ke arah Nathan. "Gue gak ngapa-ngapain, dari awal gue cuman diem dan tiba-tiba dipukul dari belakang sama orang yang udah kayak sodara buat gue."

"Jer, gue--"

"Kalo misalnya Kak Padma waktu itu gak keceplosan, apa sampe sekarang gue bakal jadi satu-satunya orang bego yang gak tau apa-apa? lu sama Xabina mau ngumpetin ini semua dari gue sampe kapan? hah? sampe Xabina bunting terus lu berdua tiba-tiba ngomong hehe Jerry, jadi sebenernya blablabla.. halah! basi!" Menurunkan pandangan, Jerry berusaha agar air matanya tak luruh di situasi ini.

XABINAΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα