21. Kuliah Pertama (Lagi)

1.6K 203 41
                                    

"Ish

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ish.. Bina rindu Nathan." Menyimpan handphone ke dalam tas, Xabina yang duduk sendiri di bangku paling depan nampak tak bersemangat. "Bina malu, Bina gak bisa kenalan sama yang lain. Kalau Bina dicuekin gimana?"

Mau tak mau, kondisi semacam inilah yang harus terjadi pada Xabina di dua semester awal yang diambilnya untuk kuliah. Kembali pada satu pekan yang lalu, kabar tentang kehamilan Nathan cukup ampuh menjadi tamparan bagi Nayya. Andai kata tak ada Jonathan di tempat kejadian untuk melerai, kakak satu-satunya dari Milan itu pasti telah gelap mata dan membunuh sang adik lewat jalur kekerasan.

Sebagai wali dari Milan, Jonathan dan Nayya datang untuk menemui Nathan di kediamannya. Cukup sulit memang. Meski Ayah dan Ibu Nathan berlapang dada untuk menerima keadaan, pihak yang dipersunting justru kukuh untuk menolaknya. Beruntung, Xabina hadir dan meluluhkan Nathan lewat rayuan mautnya.

Pada akhirnya, Nathan menyetujui itu semua dengan beberapa catatan. Satu, pernikahan akan berlangsung setelah anak dalam kandungannya lahir. Dua, ayah dari anaknya, Milan, tidak boleh tinggal bersamanya sebelum berhasil mengucapkan janji suci. Tiga, Nathan dijamin harus diizinkan untuk kuliah lagi pasca cuti hamil selama 1 tahun.

Drama keluarga ini memberi dampak yang signifikan bagi Xabina. Pasalnya, ketiadaan Nathan mendorong Xabina untuk lebih mandiri dalam segala hal. Contohnya ya, hari ini. Bangku depan yang Xabina pilih merupakan zona X. Dengan kata lain, nyaris mustahil ada yang menempatinya. Hal ini hanyalah berlaku untuk jam pelajaran Barat, Si Dosen Galak yang tadi pagi mendapat jatah dari Xabina.

"Selamat pagi, koordinator kelas mata kuliah ekonomi digital silahkan ambil tugas rekan-rekannya dan kumpulkan di meja saya dalam 10 menit." Hanyut dalam lamunan, Xabina terkejut akan eksistensi Barat dalam mode pengajar serius.

"Bina senyum bukannya senyum balik malah cuek. Percuma Bina kasih jatah sampe 3 ronde tadi pagi." Merogoh tas di sampingnya, Xabina menegang saat tak menemukan buku tugasnya. "Eh?? kok gak ada? Bina kan udah—Astaga!"

"Nama lu Xabina, kan? sini kumpulin. Lu udah ngerjain?" Seorang pria yang nampak tak begitu ramah pun berdiri di samping bangku Xabina. "Cepet, itu Pak Barat udah nunggu!" ujarnya lagi.

Xabina bungkam. Ingatannya kembali pada kejadian tadi pagi yang memiliki tanggung jawab atas keteledorannya.

*

*

*

"Yeayy! akhirnya selesai! terima kasih, Mas sudah bantu-bantu Adek."

"Terima kasih aja? Masnya gak dapat hadiah lain, hm?"

"M—Mas, Mas kenapa cium-cium? ini udah pagi loh, Adek belum mandi."

"Sekali aja ya, Sayang? sambil mandi. Mas janji gak akan lama."

"Benar yaaa? awas kalau lama, Adek gigit itunya Mas."

XABINAWhere stories live. Discover now