5. Sumber Masalah

2.4K 354 85
                                    

Sejak lahir, Xabina sadar bahwa dirinya memiliki keahlian special dalam memikat hati semua orang. Entah itu physical touch, words of affirmation, quality time, giving gifts, or acts of service, kelima love language itu dapat dimiliki Xabina hanya dengan mengandalkan sebuah kalimat permohonan yang dilengkapi oleh setetes air mata buaya khas seorang drama queen. Itu sebabnya, pria manis yang diam-diam mengulum senyum saat dirinya dipanggil Si Cantik, Si Manis, Si Lucu dan Si Centil itu, terbiasa dengan dogma bahwa dirinya akan selalu dilindungi layaknya satu dari tujuh keajaiban dunia.

Pepatah berkata bahwa kita harus mencintai "Hari ini" lebih banyak dibandingkan "Hari kemarin" yang sudah berlalu menjadi masa lalu, ataupun "Hari esok" yang belum tentu datang hadirkan riang. Konsep inilah yang seharusnya Xabina pahami dengan segenap jiwa dan raga. Dengan begitu, mungkin saja saat ini ia tak akan memandang sendu ke arah Jonathan dan Nayya sembari mengais puing-puing kepercayaan yang total musnah oleh praduga tak beradab.

"Ayah.. dan bunda.. menjual adek pada om-om jahat seperti dia?" Belum sempat jari telunjuk milik Xabina berhenti diarahkan ke wajah Barat, pria manis itu sudah kembali buka suara. "Selama ini adek ada buat salah, kah? apa ayah dan bunda sudah lelah merawat adek yang bandel dan cengeng? apa adek selama ini diurus, dirawat, digendong, diberi mam banyak-banyak, supaya adek cepat besar dan sehat hingga berharga mahal saat dijual? apa adek selama ini dipelihara seperti babi saj-"

"XABINA MAGENTA WIRALOKA!!! CUKUP!!! BERHENTI BICARA MELANTUR!!!"

Hening.

Entah Itu Xabina, Barat, Michael, Diana, ataupun Nayya, semua hanyut dalam keterkejutan. Tak ada satupun diantara mereka yang menyangka bahwa Jonathan mampu untuk meninggikan suaranya saat menyebut nama lengkap sang buah hati.

"Ayah! gak perlu bentak adek begitu! semuanya kan bisa dibicarakan baik-baik, adek juga pasti terkejut sama kabar ini." Setelah berdiam diri cukup lama, Nayya akhirnya berhasil mengambil alih keadaan dengan menegur suaminya.

Jonathan jelas merasakan sesal sebab maksud hati pria setengah baya itu bukanlah untuk membentak Xabina. Ia hanya merasa bahwa anak bungsunya sudah kelewat batas dengan berasumsi bahwa dirinya telah dijual dan dibesarkan layaknya seekor babi. Padahal, selama ini Jonathan sering sekali merasa terbebani dan khawatir tentang bagaimana ketiga anaknya yang lain akan kekurangan porsi kasih sayang karena ia terlalu fokus me-momong Xabina. Tidak bisakah pria manis itu berbaik sangka atas keputusan yang sebenarnya juga tidak ingin ia lakukan ini?

"Bukan soal bentak-membentak, bund. Adek itu harus mengerti bahwa tidak semua hal akan selalu berjalan sesuai dugaan kekanak-kanakan dia. Adek bahkan belum dengar alasan kita mengadakan perjodohan ini, kan? harusnya adek bisa lebih tenang, hargai janji yang dijaga oleh eyang-nya, hargai kita yang sedang berusaha untuk menjadi anak-anak berbakti, hargai-"

"Lalu siapa yang menghargai pendapat adek?"

Xabina menyela ucapan Jonathan dan memasang ekspresi datar pada wajah cantik yang sudah basah oleh bulir-bulir bening. Sedari tadi ia sudah menahan diri untuk tidak menangis kencang dan menempatkan kedua orangtua-nya dalam situasi yang lebih memalukan. Xabina tahu, Xabina sadar, bentakan yang ia terima dari Jonathan hari ini sudah cukup keras untuk menampar pemikiran miliknya.

Michael yang merasa iba dengan kondisi Xabina menarik lembut lengan Diana untuk kembali duduk di sampingnya. Pria keturunan chinese itu berusaha untuk menenangkan sang istri yang juga nampak resah atas perseteruan hari ini. Kalau ditanya keberpihakan, jelas Michael berada di tempat yang sama dengan Xabina. Meski pria manis itu masih sangat muda, bukan berarti Jonathan dan Nayya dapat membuat 'jebakan' agar ia sudi untuk hadir di sebuah pertemuan yang secara langsung akan berpengaruh terhadap masa depan miliknya. Walaupun sudah terlihat bahwa Xabina terbiasa untuk dibimbing dan diarahkan, hal besar seperti rencana perjodohan tetaplah harus melibatkan persetujuan dari yang akan melaksanakannya. Lagipula, yang akan menikah kan Xabina, bukan Jonathan ataupun Nayya.

XABINAWhere stories live. Discover now