FM-04√

45.7K 4.7K 178
                                    

Klick

"Bangun tuan muda, kita sudah sampai mansion"rean segera membuka mata saat ia mendengar suara sergio yang membangunkannya.

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan penglihatannya yang sedikit buram akibat baru bangun tidur dan di tambah cahaya dari lampu dalam mobil yang sengaja sergio nyalakan.

"Iya tau, cepet matikan lampunya! Silau nih om"balas rean yang merasa sebal dengan cahaya lampu dalam mobil yang sergio nyalakan membuat mata rean sakit di buatnya.

Melihat rean yang mencoba menutup matanya dengan tangan untuk menghalau cahaya dari lampu dalam mobil yang ia hidupkan, sergio segera mematikan lampunya. Bisa ngambek nanti tuan mudanya itu.

Klick

"Sudah saya matikan lampunya tuan muda"rean membuka matanya dan melihat sergio dengan tatapan sebalnya sebelum keluar dari dalam mobil.

"Gue kasih bintang satu buat om!"ucap rean dan berjalan memasuki mansion keluarga wiracana. Meninggalkan sergio yang terdiam bingung dengan apa yang baru saja rean katakan kepadanya.

Sergio ingin mengejar rean untuk menanyakan apa maksud dari ucapannya. Tapi ia urungkan saat melihat banyaknya tas belanjaan milik rean yang ada di dalam mobil dan harus ia bawa ke dalam kamar tuan mudanya itu.

Sergio menghela nafasnya, sepertinya dia harus menambah kotak kesabarannya untuk rean dan semua perubahannya.

•••

Meninggalkan sergio yang sibuk mengurus tas belanjaan milik tuan mudanya.

Rean yang sudah masuk kedalam mansion sekarang sedang sibuk dengan sepotong cake coklat dan segelas susu rasa vanila kesukaannya. Ia tiba-tiba merasa lapar dan ingin memakan sesuatu dan seperti sebuah keberuntungan, rean menemukan sepotong cake coklat dan susu rasa vanila di dalam kulkas.

Entah kenapa sejak rean pindah ke tubuh ini, ia menjadi lebih mudah lapar. Padahal dulu rean bisa tahan tidak makan selama dua hari dan hanya minum air putih saja sebagai pengganjal rasa laparnya.

Mengingat masa lalunya, membuat rean semakin merasa lapar. Ia segera membawa cake coklat dan susu vanilanya menuju ke kamarnya.

Rean tidak mau jika aksinya ini terlihat oleh salah satu anggota keluarga wiracana terutama ayahnya. Jadi untuk jaga-jaga rean akan makan di kamarnya saja.

Tapi baru saja rean mau menaiki tangga menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Rean melihat sosok kakak sulungnya berdiri di ujung tangga yang ada di lantai dua. Menatapnya dengan tatapan tajam dan wajah datarnya yang sangat menyebalkan di matanya.

"Darimana?"tanya destian kepada rean yang sudah melangkah menaiki tangga.

Padahal ada lift, tapi rean selalu memilih menggunakan tangga. Biar sekalian olahraga katanya, nyatanya hanya ingin menghindari anggota keluarga wiracana yang sering menggunakan lift.

Berbeda dengan rean asli yang akan menggunakan lift untuk bisa bersama dengan salah satu anggota keluarganya terutama papanya.

"Main"jawab rean santai dan berjalan melewati destian yang terdiam dengan jawaban dari rean yang terkesan datar.

"Main kemana sampai-sampai kau bisa melewatkan waktu makan malam!"rean berhenti dan melihat destian dengan wajah malasnya.

"Emangnya kenapa kalo gue ngelewatin makan malem?! Kalo ada atau nggaknya gue di sana nggak ada bedanya!"destian terdiam dan terlihat sedikit terkejut dengan ucapan rean kepadanya. Ini adalah pertama kalinya rean berbicara dengan nada sedikit tinggi dan juga dengan bahasa gaul.

Rean mengeratkan genggamannya ke gelas susu miliknya, mencoba menahan luapan emosi yang ingin keluar kepada destian.

Rean paling tidak bisa di ganggu saat ia sedang lapar dan lelah seperti sekarang. Karena di saat seperti itu, kesabarannya akan setipis tisu yang di belah tiga.

"cih, menyebalkan!"ucap rean saat melihat destian yang terdiam atas ucapannya sebelum kemudian rean pergi meninggalkan kakak sulungnya itu.

Sementara destian yang melihat rean pergi meninggalkannya, entah kenapa dadanya terasa sesak dan tidak enak.

Destian mengepalkan kedua tangannya dan mengeraskan rahanganya. Dia benci perasaan yang ia rasakan sekarang.

Perasaan bersalah dan ketakutan yang menghampit dadanya.

Semuanya sudah terlambat dan destian baru menyadarinya sekarang.

"dek, maafin abang"gumam destian dengan melihat tempat rean pergi.

🐾Tbc.

=========
Jangan lupa
Vote+comen+follow me🐣
=========

Figuran Matre [TERBIT]Where stories live. Discover now