17. The Man He Look Up To

1.9K 440 57
                                    

"Bunda, kita mau ke sekolah?"

Rose mengelus kepala sang anak, senyum merekah di bibir yang terpoleskan sebuah lipstick merah muda, memandang dengan teduh pada Nino, "Iya, kita mau ke sekolahan Nino, kita mau daftarkan Nino hari ini!"

"Nino punya teman banyak dong nanti?"

"Iya, banyaaaaak sekali."

Nino pun tersenyum, menautkan tangannya dengan gugup dan tidak sabar, "nanti bisa main sepak bola sama teman-teman juga ya, Bunda?"

"Sepak bola, basket, Nino mau main apapun bisa!"

Rose pun meraih Nino ke dalam pelukannya kemudian mengecup pucuk kepala anak yang ia sayang itu. Tujuan mereka pagi hari ini sudah jelas mendatangi sekolah yang sudah Jaehyun pilih untuk menjadi sekolah Nino.

Memang, sekolah yang Jaehyun pilih adalah sekolah yang bagus, elite, dan terakreditasi baik, hanya saja Rose jadi kehilangan momen untuk berkeliling Jakarta bersama Nino, membiarkan Nino memilih sekolah yang ia mau (sama seperti Rose waktu kecil sebelum orang tua gadis mengacuhkan gadis itu.)

Ah benar, kita belum menyelam lebih jauh mengenai masa lalu Rose yang membuat kedua orang tuanya tidak peduli lagi pada gadis itu.

Bermimpi menjadi seorang wanita karir yang mandiri dan cerdas, Rose tidak sepenuhnya mendapatkan dukungan dari kedua orang tuanya yang lebih mengagungkan sang kakak lelaki ketimbang Rose.

Sedari kecil Rose tidaklah lebih disayang daripada sang kakak.

Bahkan saat Rose memutuskan pergi dari rumah pun mereka juga tidak peduli.

Tidak ada telpon menanyakan kabar sang anak, tidak ada. Rose sudah biasa sendiri.

Kala Rose menikah dengan Jaehyun pun, tidak ada ekspresi bahagia terpatri pada wajah mereka, bahkan kedua orang tuanya merasa asing dengan sang anak sendiri.

"Bunda, nanti sebelum pulang kita beli es krim buar adik Ilo boleh?"

Rose kembali tersadar dari lamunannya dan menatap Nino yang mengerjapkan matanya pelan, "boleh banget, nanti kita beli es krim yang banyak oke?"

"Yes! Terima kasih Bunda!"

"Sama-sama, Nak."

Sama-sama.

*****

"Silahkan masuk, Tuan."

Jaehyun pun secara kikuk melepas sepatu Saint Laurent yang ia pakai, menepikan sepatu itu ke pinggir agar tidak menghalangi jalan.

"Maaf, rumah saya jelek."

"Tidak sama sekali, Ilo di mana ya, Bi?" tanya Taeyong sementara Jaehyun hanya diam saja.

Benar, kini Jaehyun menemui Ilo bersama dengan Taeyong tanpa sepengetahuan Rose. Taeyong terpaksa membawa pemuda itu karena terus menerus didesak oleh Jaehyun yang ingin menemui sang anak.

"Lagi sama suami saya, main di belakang rumah."

Kedua pemuda dengan pakaian jas dan celana kain itu pun mengikuti bibi ART rumah Jaehyun yang kini memimpin jalan menuju belakang rumahnya.

"Ilo, ada papa nya datang!" seru bibi ART saat ketiganya sampai di belakang rumah.

Jaehyun pun bersalaman dengan suami bibi ART yang rupanya sedang menggergaji kayu sementara Ilo memperhatikan dengan tenang dari atas lincak bambu.

"Maaf, rumah nya berantakan," ucap suami bibi ART.

Jaehyun mengangkat tangannya sedikit, "tidak apa-apa."

Sunny | Book 2 of "Sore"जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें