21. Luka

1.9K 472 65
                                    

Rose dapat merasakan remasan di tangannya saat dirinya dan Jaehyun telah berada di dalam ruang dokter Doyoung untuk sebuah sesi terapi lainnya.

"Senang melihat Nyonya Rose hadir untuk sebuah sesi terapi menemani Tuan Jung," ucap dokter Doyoung, tangannya sibuk mencatat sesuatu.

Wanita itu menoleh menatap Jaehyun yang terus menundukkan pandangannya kemudian menatap kembali dokter Doyoung yang kini telah meletakkan ballpoint di tangannya.

"Jaehyun meminta saya secara personal untuk hadir, saya tidak bisa berkata tidak," jawab Rose dengan suara yang begitu lembut, Jaehyun sedikit mengendurkan pegangan tangannya sebelum kembali meremas tangan Rose.

"That's lovely, saya harap saya juga memiliki pasangan yang sama pengertiannya," ungkap dokter Doyoung dan hal ini membuat Jaehyun segera berdeham pelan.

"Bisakah kita memulai sesi terapi nya?" tanya Jaehyun segera setelah beberapa menit sebelumnya bungkam, tampak sekali jika ia tidak menyukai apa yang baru saja dokter Doyoung ucapkan. Jaehyun tidak mau orang lain melihat sang istri dengan perasaan yang sama sebagaimana Jaehyun menyayangi dan mengagumi sosok istrinya.

"Baiklah, Nyonya Rose dapat duduk di sudut ruangan-"

"Tidak bisakah ia tetap berada di hadapanku?" potong Jaehyun kemudian.

Dokter Doyoung menaikkan alis tetapi dengan segera ia berucap, "tentu, tentu bisa!"

Rose menatap ke arah dokter Doyoung dengan kebingungan, tidak tahu harus berbuat bagaimana terlebih saat Jaehyun secara lembut menarik tangan wanita itu ke sebuah kursi, dokter Doyoung segera memberikan kursi lainnya untuk Roseanne duduk.

Dan keduanya pun duduk berhadapan dengan tangan saling bertautan.

Jaehyun menatap iris coklat sang istri sebelum jakunnya kembali naik turun karena rasa takut yang tiba-tiba muncul, entah lah apakah ia sudah siap untuk bercerita?

Rose memperhatikan Jaehyun, melihat bagaimana bulir-bulir keringat muncul di pelipis pria itu bahkan dengan keadaan ruang yang dingin itu.

Ia lalu merasakan tangannya teremas.

"Aku ... akan bercerita mengenai kenangan itu," ucap Jaehyun seolah kini sedang bercerita dengan Rose dan tidak sedang mengikuti sesi konseling.

Wanita itu menelan liurnya, turut merasa gugup, tidak siap dan takut mendengar apa yang akan Jaehyun ceritakan.

"Ibu ku meninggal," ucap Jaehyun mengulang apa yang ia katakan pada sesi terapi sebelumnya, mendengar secara langsung membuat Rose menjadi cemas.

Jaehyun menarik nafasnya dengan berat, kembali meremas tangan Rose, telapak tangannya basah. Secara cepat dokter Doyoung segera mencatat semua gerak-gerik yang Jaehyun lakukan.

"Aku pulang dari sekolah ... SD, kelas 3," cicit Jaehyun pelan.

Rose menarik nafas, melepaskan satu tangannya dari remasan tangan Jaehyun dan memilih untuk mengusap lengan atas pria itu.

"Di ruang tamu ada ibu, membaca buku, begitu mirip denganmu."

Jaehyun lalu tersenyum dengan nanar, mata pria itu kini berkaca-kaca. Rose tertegun saat melihat reaksi Jaehyun kala bercerita itu, tidak menyangka bahwa ia akan sampai pada titik di mana ia melihat sang suami mengungkapkan masa lalu kelamnya.

"Aku memeluk ibu, mengatakan pada beliau ... bahwa nanti sore ada latihan bola," jelas Jaehyun dengan suara yang kini bergetar.

Dokter Doyoung menyadari beberapa detail baru yang Jaehyun ceritakan, mendengarkan dan tidak menginterupsi cerita pria itu karena tampak sekali banyak hal yang ingin pria itu ceritakan.

Sunny | Book 2 of "Sore"Kde žijí příběhy. Začni objevovat