19. The Painful Past He Can't Forget

2.3K 507 55
                                    

"Sudah merasa rileks?" tanya dokter Doyoung yang kini duduk di sebelah Jaehyun yang tampak menarik nafasnya pelan.

Pria itu lalu menganggukkan kepala.

"Anda dapat memulai kapan pun Anda siap, saya akan menunggu."

Tanpa memandang sang dokter, Jaehyun mulai membuka mulutnya yang terasa kering, kata-kata terasa sulit untuk keluar dari sana.

Jaehyun menutup mulutnya kembali, nafasnya menjadi sedikit lebih cepat, tangannya terkepal dan dokter Doyoung segera menyadari itu.

"It's okay, tidak perlu terburu-buru."

Jaehyun berusaha mengatur nafasnya lagi, membuka memori lama yang begitu menyakiti dirinya, yang mengubahnya menjadi monster.

"Saya ..."

Dan Jaehyun terdiam.

Kali ini diam pria itu memakan waktu cukup lama, membuat dokter Doyoung melirik jam tangannya untuk mengukur waktu yang Jaehyun butuhkan untuk mengumpulkan keberaniannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kali ini diam pria itu memakan waktu cukup lama, membuat dokter Doyoung melirik jam tangannya untuk mengukur waktu yang Jaehyun butuhkan untuk mengumpulkan keberaniannya.

"... masih berusia 10 tahun kala itu."

Dokter Doyoung dengan sigap mencatat hal itu untuk kemudian memuji keberanian sang pasien, "good job, Tuan Jung, perlahan saja."

Jakun pria itu tampak naik turun, menandakan bahwa pria itu sedang gugup. Oh ayolah, siapa yang tidak akan gugup jika ia harus dihadapkan situasi di mana ia harus menceritakan traumanya?

"Ibu saya ... meninggal."

Doyoung pun mengangkat alis sebelum akhirnya segera mencatat hal itu lagi.

"Ibu saya ... meninggal," ulang Jaehyun dengan suara yang lebih pelan, air mata tiba-tiba muncul di pelupuk mata pria itu.

Dokter Doyoung hanya diam saja, meraih tisu kemudian menyerahkan pada sang pasien yang kini menangis terisak.

Dokter itu sungguh berkomitmen untuk menyembuhkan Jaehyun, jujur saja melihat wajah anak dari pasiennya ini membuat Doyoung menjadi sedih.

Dokter Doyoung sangat yakin jika korban dari hal yang Jaehyun alami bukan hanya Jaehyun dan istrinya saja, tetapi juga anak pertama mereka yang bernama Nino itu.

"Saya pulang sekolah," lanjut Jaehyun tiba-tiba, menggenggam gumpalan tisu yang sudah basah.

"Saya masuk ke dalam rumah ... menemui ibu saya yang sedang membaca buku, begitu anggun, mirip dengan Rose," ucap Jaehyun dengan sedikit berbisik di bagian akhir.

Doyoung mencatat semua itu.

"Lalu ... saya mengatakan bahwa saya akan hadir untuk latihan bola di sore hari ... saya- huf- saya-"

Jaehyun kembali terbata-bata, nafas pemuda itu menjadi cepat kembali, kepalan tangannya mengeras.

Melihat itu dokter Doyoung segera berdiri untuk meraih obat untuk menenangkan yang ia simpan di lemari ruangannya.

Sunny | Book 2 of "Sore"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang