20. Homebound

2.2K 483 47
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Cahaya sabur limbur yang menghangatkan sukses menyeruak masuk ke kamar utama di istana megah itu dari celah tirai berbahan blackout yang tidak tertutup sempurna, menyentuh lembut objek di mana cahaya itu mendarat.

Sebuah tangan terulur, turut ingin andil menyentuh lembut objek hidup tetapi tidak bergerak itu.

Namun saat tangan itu membuat kontak, bagai percikan api yang muncul akibat dua buah saling bergesekan, sang objek hidup itu terbangun dan membuka kedua mata berselaput pelangi coklat bagai kacang badam, raut gamang sontak terpancar.

Tanpa kata, pemilik mata coklat itu berdiri dari posisi duduknya bergegas untuk pergi.

Namun sang pemilik tangan yang terulur itu mencegah kepergiannya, meraih ujung jari sang wanita dengan tangan kanannya itu yang ironinya cincin pernikahan mereka masih melingkar manis di jari pria itu.

"Badan kamu gak sakit?"

Pertanyaan itu lolos dari mulut pria itu karena hal yang pertama ia lihat saat terbangun tadi adalah sang wanita yang tertidur dengan posisi duduk tetapi badan condong ke arah ranjang untuk mengistirahatkan kepalanya di ranjang yang sedikit lebih tinggi ketimbang kursi mahagoni berpelitur itu.

Alih-alih menjawab wanita itu kini justru beradu tatap dengan sang suami.

Namun tetap saja, pada akhirnya ia menarik tangannya dan membawa tubuhnya pergi dari kamar itu tanpa satu patah kata terlontar.

Menatap punggung sang istri yang semakin menjauh dan lalu menghilang dari balik pintu membuat sang suami itu menghela nafasnya pelan sebelum memaksakan diri untuk duduk, memegang kepala yang terasa pening.

Jaehyun ingat.

Ia ingat hal yang menyebabkan kepalanya terasa pening seperti ini dan mau tidak mau ia harus segera melakukan hal yang sama kembali demi kesembuhannya, demi keluarganya.

Beberapa obat dan segelas air mineral dapat ia temukan di nakas samping ranjangnya, ah, rutinitas yang melelahkan.

Mengabaikan obat-obatan yang ada, pria itu lebih memilih untuk meneguk air mineral itu sampai habis, tidak ingin ambil pusing juga dengan perlakuan sang istri yang dingin terhadap dirinya.

Walau begitu, lagi dan lagi, pintu hati pria itu terketuk saat ia mendengar suara anak kecil dari luar kamar, menyeruak masuk ke indera pendengarannya karena pintu kamar yang tidak tertutup rapat itu.

Mereka di rumah.

Di rumah.

*****

"Bunda, gak apa-apa sendiri lagi?" tanya Nino.

Rose hanya mengangguk seraya dengan cepat ia merapikan beberapa mainan milik Ilo yang memang selalu ia bawa salah satunya boneka beruang kecil favorit Ilo.

Sunny | Book 2 of "Sore"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang