19

140 10 0
                                    

"Selamat tinggal kenangan"

Thaqif terus menghempaskan dirinya ke katil empuk apartmentnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Thaqif terus menghempaskan dirinya ke katil empuk apartmentnya. Tempat itu menjadi singgahan Thaqif dalam beberapa tahun ini. Dia dan Mikaeel memang memutuskan untuk tidak membeli rumah. Thaqif menatap siling bilik berwarna kelabu, terbayang wajah Haikal yang sedang tersenyum, wajahnya saat baru pertama kali berjumpa. Rasanya semua seperti baru kemarin terjadi.

Setitis air mata menitis daripada mata boba Thaqif. Ia menangis setelah mencuba kuat di hadapan banyak orang seharian ini. Hari memang sudah malam, tapi hatinya tetap saja ingin merasakan lambatnya waktu. Kadang Thaqif juga berharap agar waktu boleh diputar. Dengan lemah ia mengambil sebuah kotak berisi jam tangan. Rasa menyesal menjalari hatinya, ia merutuki betapa bodohnya dirinya yang mengatakan bahawa jika jam ini berhenti berputar maka Haikal juga ikut... ya seperti itu. Bahkan sehingga sekarang jam itu berhenti berputar dan akan selamanya begitu. 

Ia melempar kuat jam itu kearah dinding membuat jam tersebut hancur berkecai.

Di dalam biliknya, tak henti henti ia mengeluarkan air mata. Topeng yang ia kenakan selama ini tertanggal begitu saja. Bilik Thaqif kini dipenuhi oleh jeritan frustasi dan tangisan lirih yang jika sesiapa saja yang mendengar pasti akan rasa betapa sakitnya yang ia rasakan melalui tangisan itu. Demi apapun, Thaqif juga seorang manusia yang rapuh. Thaqif juga boleh merasa tidak berguna. Ia merasa gagal menjadi seorang abang. Abang yang baik untuk adik adiknya.

Setelah pemakaman Haikal, Thaqif memang tidak terlihat menangis di area perkuburan. Dirinya hanya menunjukkan muka datar dengan tatapan yang kosong. Seolah mengatakan ia baik baik saja dan dalam masa yang sama seolah menolak kepergian seseorang yang selama ini keberadaannya ia cari.

"HAIIIKAAAALLLLL PULANGGGGGG!!!" tidak malu ia menjerit, kerana biliknya kedap suara. Ia meminta Haikal pulang? Memangnya Haikal pergi kemana?

"Abang"

"Ya yah?" jawab Thaqif kecil sembari memandang ayahnya.

Thaqif yang saat itu masih berusia 10 tahun, Mikaeel pula baru berusia 6 tahun bermain di halaman di temani sang ayah sementara Puan Hana yang sedang mengandungkan si bungsu, Haikal sedang berehat di dalam rumah.

"Ingat pesan ayah sampai bila bila ya." Thaqif yang mendengar suara ayahnya terdengar serius pon memfokuskan dirinya kepada ayahnya, menunggu apa yang akan ayahnya katakan kepadanya.

"Apa ayah?" tanya Thaqif sambil menatap ke arah ayahnya yang sedang menatapnya hangat sambil tersenyum lembut.

"Jadi anak sulung itu berat. Tidak semua orang mampu menggalas tanggungjawab sebagai anak sulung." ujar sang ayah sambil mengusap usap kepala sang anak sayang.

HAIKAL DAN SEMESTANYA [✔️]Where stories live. Discover now