Episode 8

132 17 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Ini bukan tentang siapa yang datang pertama, tapi tentang dia yang mau berjuang sampai bisa."

-Geandra-

***

Ya Nabi salam 'alaika

Ya Rasul salam 'alaika

Ya habib salam 'alaika

Sholawatullah 'alaika

Lantunan sholawat itu mengalun merdu. Menembus setiap indera yang masih berada di dalam kamar bernuansa putih hijau. Setelah menunaikan sholat sunnah Dhuha, ia bersama rekan-rekannya kembali memakai hijab karena jam istirahat sebentar lagi berakhir.

Berhubung istirahat pertama hanya sebentar, maka Qibty memilih asrama santriwati untuk menunaikan sholat Dhuha. Ia tidak kembali ke ndalem karena khawatir jam pelajaran berikutnya akan ketinggalan.

Sembari menunggu temannya yang lain, Qibty memilih membaca buku sambil melantunkan sholawat dengan suara kecil. Kebiasaan yang selalu ia lakukan ketika ada waktu luang.

"Ning, sampean tahu, kan, santri baru yang kemarin?" tanya Wirda yang sedang memakai peniti.

Qibty menoleh sebentar, lalu kembali pada kegiatannya. "Tau. Memangnya kenapa, Wir?"

"Tadi pas jamaah Subuh kan, aku nggak sengaja lihat dia. Masya Allah, Ning ... dia ganteng banget. Suer!" cerita Wirda dengan mengangkat jari telunjuk dan tengah bersamaan.

"Mungkin sebelas dua belas kalau dibandingin sama Gus Naufal."

"Moso iyo, sih, Wir? Gantengan Gus Naufal kemana-mana," timpal Kaila yang baru selesai berdoa.

"Lah, aku serius Kai. Coba deh nanti kamu lihat," balas Wirda tidak mau kalah.

"Ini pada ngomongin siapa sih?" Muna yang baru datang pun ikut bergabung dalam topik. Gadis dengan pakaian olahraga itu segera melepas jilbabnya dan langsung menyalakan kipas.

"Itu, lho, Na. Santri yang kemarin datang ke rumah Abah itu. Kamu pernah lihat, kan?"

Yang ditanya mengangguk cepat. "Iya, pernah."

"Tampan, kan?" tanya Wirda antusias.

"Mm, biasa aja sih, menurutku. Masih gantengan ustaz Hisyam," jawab Muna sambil senyum-senyum sendiri.

Spontan, ketiga kaum hawa itu meneriaki dirinya. Mereka maklum jika Muna mengatakan hal tadi, karena hampir seluruh penghuni asrama Fatimah Az-Zahra tahu kalau gadis asal Aceh itu menyukai Hisyam, salah satu ustad yang dikagumi seantero pesantren setelah Gus Naufal--kakaknya Qibty, dan mungkin setelah ini Gean akan menjadi kandidat selanjutnya.

"Terserah kalian, ya, mau pilih yang mana, tapi bisa nggak kita kembali ke sekolah sekarang? Bentar lagi masuk," mohon Qibty sekaligus menghentikan perdebatan garing mereka.

Selain itu, telinganya juga sudah jengah mendengar nama Gean disebut dimana-mana. Entah apa keistimewaan yang dimiliki cowok itu sampai-sampai kakaknya Hana pun mengaguminya.

Berhubung yang satu kelas dengannya hanya Wirda, mereka pun langsung pergi meninggalkan dua temannya yang masih melakukan kegiatan yang lain. Qibty bernapas lega setelah melihat beberapa teman kelasnya yang lain masih makan di kantin asrama. Itu tandanya, jam istirahat belum usai.

Baru beberapa langkah dari pekarangan asrama, suara khas yang pernah terdengar membuat niat mereka harus tertahan. Kedua gadis itu berbalik dan melihat ke sumber suara.

GEANDRA  [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang