Season 2: Chapter 13

10 3 0
                                    

Happy reading

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pagi ini gue bangun kayak biasanya, gue turun dari kasur dan siap-siap buat berangkat ke sekolah. Setelah selesai, gue turun ke lantai satu dan ngeliat keluarga gue udah di meja makan.

Kalo biasanya meja makan rame sama ocehan Koutaro yang cerita tentang hari-hari dia, sekarang dia cuma diem sambil makan sarapan dia. Gue agak merasa sedikit tertekan sih, soalnya gue gak biasa ngeliat Koutaro yang kayak gini.

"Yuri, sini sarapan," ajak kak Shun yang gue anggukin.

Sebelum gue nyampe di kursi yang kosong di samping kak Shun, Koutaro lebih dulu nahan tangan gue. Dia natap ke gue dan nunjuk ke kursi samping dia yang kosong, gue geleng dan duduk di samping kak Shun.

Jujur aja, setelah kursi kosong yang ada di samping Koutaro itu kursi papa. Masalahnya, sampe sekarang gue masih canggung sama papa setelah kejadian beberapa hari yang lalu.

"Hari ini lo ada pertandingan pingpong kan? Nih, makan yang banyak," kata kak Shun sambil ngambil lauk dan naroh di piring gue.

"E-- eh... Kak, jangan banyak-banyak! Nanti gue malah gak bisa gerak," ujar gue yang nahan tangan kak Shun.

"Lho? Gue pikir kalo banyak makan malah banyak energi," ucap kak Shun bingung.

"Iya, tapi itu gak bisa kalo olahraganya itu pingpong, Shun," kata kak Cecil yang gue anggukin.

"Yah payah, berarti kak Shun kurang literasi nih," timpal Reina yang juga gue anggukin.

"Padahal lo anak pingpong," timpal gue.

"Ya makanya karena gue anak pingpong, gue jadi tau kalo makan banyak itu bisa nambah energi," bales kak Shun.

"Emang agak lain kakak gue yang satu ini," kata gue sambil makan sarapan gue.

"Shou udah selesai makan, ma, pa. Shou berangkat duluan," pamit Shoutaro yang berangkat duluan setelah cium pipi mama.

"Kou juga udah selesai," kata Koutaro yang juga cium pipi mama dan pergi.

"Tapi... Makanan mereka belum abis lho, ma," ujar gue yang natap piring Shoutaro dan Koutaro yang liat sarapan mereka belum habis.

"Yaudah biarin aja, mungkin mereka udah kenyang," bales mama yang tersenyum.

Gue cuma ngangguk dan lanjut sarapan, tapi tiba-tiba gue merasa ada cairan yang keluar dari hidung gue. Karena penasaran, gue pun ngusap cairan itu dan kaget setelah liatnya.

"Yur," kak Shun narik pelan dagu gue dan ikutan kaget.

"Yuri, lo mimisan!" Pekik kak Cecil yang duduk di samping kak Shun.

Kak Shun pun keliatan buat berusaha tenang dan ngambil tisu di atas meja dan ngusap darah yang ngalir dari hidung gue.

"Yuri, ke dokter aja ya. Papa bakal minta izin ke sekolah kamu," tawar papa yang natap gue khawatir.

BETWEEN US | Axelle Family |Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz