7. Ink(ling)

7.2K 1.1K 151
                                    

Ink

(n) a colored fluid used for writing, drawing, printing, or duplicating.

(v) mark (words or a design) with ink.

Inkling

(n) a slight knowledge or suspicion; a hint.

===

"Ada sebabnya, Pak Dirgantara," aku menyahut cepat karena Riandry sepertinya sudah tak bisa berkata-kata.

Bosku bersandar pada punggung kursi. Dua tangannya terlipat di dada, seakan siap mendengarkan alibi kami. "I'm all ears."

Aku menelan ludah sekali lagi. Merangkai kata-kata agar bapakku tidak marah besar. Setelah berdeham beberapa kali dan meneguk habis air di dalam gelasku, aku memulai cerita. "Ini sebenarnya ada sangkut pautnya sama saya." Keteranganku membuat bosku mengangkat alis. "Awal mulanya karena Pak Dirga kasih saya parfum mahal dan pengen saya nggak pakai kacamata."

Aku meneguk ludah. Kembali merangkai kata yang pas untuk disampaikan. Diam selama beberapa saat sampai akhirnya suara Riandry terdengar.

"Intinya, keinginan Bapak buat make over Lalita, bikin saya memperkirakan yang enggak-enggak." Nyawa perempuan itu sepertinya sudah kembali ke raga. "Mendadak saja, tanpa sebab. Bapak kasih Lalita parfum. Biayain buat lensa kontak juga. Seperti boty kelas atas yang suka geregetan lihat penampilan anak buahnya yang nggak fashionista. Jadi, layaknya ibu peri baik hati, Bapak mengubah tampilan Lalita yang upik abu jadi cinderella."

Muka penasaran yang sedari tadi menghiasi wajah bosku berubah. Memperlihatkan garis-garis tawa yang terlukis di wajahnya. Sedetik kemudian suara gelaknya terdengar nyaring, sampai membuat beberapa pengunjung menoleh ke arah kami.

"Kami bisa meluruskan rumor, Pak Dirga. Kami bisa sampaikan kalau bapak seratus persen straight." Riandry berbicara setelah tawa bosku berkurang. Dia jelas merasa bersalah pada bosku. Dia orang pertama yang melontarkan ide gay itu.

Anehnya, Pak Dirga malah menggeleng. "Nope. Nggak usah. Saya hanya penasaran saja kenapa kalian bilang saya gay."

Ada senyap lama yang mengisi atmosfer di meja kami. Aku tengah mengira-ngira apa yang tengah dipikirkan bapakku. Dia marah atau baik-baik saja. Lalu kenapa dia mendiamkan saja rumor salah tentangnya?

"Nggak, Pak," kataku akhirnya. "Saya dan Riandry akan meluruskan rumor salah tentang Bapak. Anggap saja, ini tanggung jawab kami karena telah bicara ngawur tentang orientasi bapak."

"It's okay, Lalita. Saya nggak ada butthurt juga sama kalian. Surprisingly, I like it. The only reason I take you guys here, hanya penasaran. Curiousity."

==

Dengan kata-kata yang sangat meyakinkan, akhirnya aku dan Riandry berhenti mengajukan diri untuk meluruskan rumor yang beredar. Bosku kembali bekerja setelah kami selesai makan siang.  Seolah tidak pernah ada apa-apa.

Aku baru saja menyelesaikan persiapan dokumen untuk rapat besok pagi. Masuk kembali ke ruangan bapakku 45 menit kemudian. Meminta fountain pen yang harus kuisi ulang tintanya.

Dia sedang membaca dokumen keuangan yang diantarkan oleh tim finansial ketika aku mengambil pena yang selalu berada di sisi kanan mejanya. "Satu saja penanya, Pak Dirga?"

BOSS IN MY RED ROOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang