14. Disquiet

3.9K 600 37
                                    

Sekalian promo ya ini. Bab 29 sampai 33 sudah di update di karyakarsa ya. Yang mau baca duluan, silakan meluncur ke sana.

==

Disquiet

(n) anxiety, nerves, discomfort, restlessness.

(n) a feeling of anxiety or worry

(adj) unxious, disturbing, worrisome

(v) put about, sweat.

(v) make (someone) worry or uneasy.

==

Semua pemikiran yang menggangguku langsung hilang begitu kami memasuki kawasan perumahan. Bapakku juga memberikan informasi tambahan berupa, "Selamat datang di rumah Pak Maheswara tercinta."

Karena kupikir, kami akan langsung ke bandara dan menunggu Pak Maheswara di sana. Aku tidak menyangka bahwa bapakku akan meluncur dan membawaku ke sini. Ke rumah orang yang selalu berhasil membuat jantungku berdebar tak karuan.

"Gimana, Lalita? Bukankah Mahes calon suami idaman? Ini rumahnya sendiri, by the way. Orang tua dan saudaranya, nggak tinggal di sini. Mereka tinggal di rumah yang lebih besar lagi."

Sayangnya, kekayaan tidak mampu membuatku merasa impresif. Biasa-biasa saja. Aku suka seseorang memang karena karakter mereka, bukan kekayaannya. Aku bukan golongan manusia seperti Bena.

"Idaman bangetlah, Pak Dirgantara," jawabku asal.

Kami berdiri di halaman rumah Pak Maheswara. Bapakku menyenggol lenganku sesaat kemudian. Memberi informasi tambahan yang amat mencerminkan dirinya. "Siap-siap, Lalita. Mahes sering koloran doang kalo di rumah."

Sangat! Dirgantara! Mesum dan kotor.

Senyum bapakku mengembang lebar ketika kami akhirnya bergerak dan berhenti di depan pintu. Wajahnya menatapku selama beberapa saat. Ekspresi khas usilnya sudah terpampang di hadapanku. Dua alisnya naik dua kali, seakan tengah menggambarkan antusias dan jail secara bersamaan.

"Siapin diri kamu, Lalita," katanya sepersekian detik sebelum membuka pintu rumah Pak Maheswara. "Hes, lo berangkat jam berapa ke bandara?" Suara bapakku menggema di seluruh ruangan begitu pintu rumah ini terbuka. Ia menoleh padaku sesaat kemudian. Mengundangku masuk. "Come in."

Sementara bapakku sudah melenggang memasuki ruang tamau, aku bergerak kaku memasuki rumah Pak Maheswara. Ini pertama kalinya aku datang berkunjung ke tempat tinggal pria yang kusukai. Aku memang sering naksir seseorang, namun tidak pernah sampai sejauh ini. Hanya suka untuk beberapa saat kemudian rasa itu pudar dengan sendirinya. Gara-gara bosku, rasa sukaku pada Pak Maheswara bertahan lebih lama.

"Dirga?" suara tanya itu terdengar dari ruangan yang lebih jauh, "ngapain lo ke sini?" Nada suaranya mencerminkan ketidaksukaan.

Bapakku tidak langsung menjawab, ia berbalik kepadaku lalu mengulas senyuman khasnya. Senyuman setengah usil setengahnya lagi mengolok-olok. Mulutnya bergerak tanpa mengeluarkan suara ketika mata kami bertemu. Namun gerakan mulut bapakku bisa kubaca dengan jelas. "Nganterin Lalita yang lagi falling in love sama lo."

"Jangan sembarangan, Pak Dirgantara!" cicitku begitu aku berhasil mencengkeram lengannya.

Dia menatap pada jari-jariku yang berada di lengannya lalu sepasang matanya melihat lurus ke mataku. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya, hanya diam yang membingungkan selama beberapa detik. Diam yang berhasil membuatku terasa terlempar ke kejadian beberapa jam lalu saat kami masih di restoran.

BOSS IN MY RED ROOMWhere stories live. Discover now