11. Tersangka

4.7K 770 60
                                    

Tersangka

(n) seseorang yang dianggap bersalah atas kejahatan atau pelanggaran.

(v) memiliki gagasan atau kesan tentang keberadaan, kehadiran, atau kebenaran (sesuatu) tanpa bukti tertentu.

===

"Tegang amat, Beb." Pelukan itu urai. Aku cepat berbalik dan menemukan Abel tepat di hadapanku. Sementara Darell beberapa langkah di belakangnya, mengulas senyum sambil melambai padaku.

Aku cepat-cepat menoleh ke arah kursi tempat bapakku berada. Dia masih sibuk dengan ponselnya. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia ingin segera makan.

Secepat yang kubisa, kutarik tangan Abel agar mengikutiku. Menuju restroom restoran yang terletak tak jauh dari tempat kami berdiri.

"Lo di sini?" Aku bertolak pinggang. "Nginep di sini? Berminggu-minggu?"

"Tunggu ..., slow down, Lalita. Lo kenapa kelihatan marah begini?"

"Lo bilang hari itu, semuanya aman! Semua syarat yang gue minta, terpenuhi. Tapi kenyataannya nggak sama, Bel."

"Maksud lo apaan?"

"Lo jangan pura-pura tolol ya," marahku. Niatanku untuk membawa nama bosku ke permukaan hilang ketika seorang perempuan keluar dari bilik toilet. Dia melihat kami sekian detik dengan ekspresi kaget bercampur bingung yang kentara.

"Jelasin maksud lo apa, Lita!"

Aku mengambil satu napas panjang kemudian mengembuskan perlahan. Berusaha mengendalikan diri. Perihal ini tidak bisa dibahas di saat seperti ini. "Nyalain handphone lo. Lalu, ajak Darell keluar dari restoran ini secepatnya. Kalau sampai lo nggak turutin perintah gue, gue bakal aduin kegiatan Underplay ke orang tua lo and we'll die together!"

Aku keluar dari restroom dengan setengah berlari. Khawatir bapakku akan curiga karena aku menghilang. Untungnya, dia masih asyik dengan ponselnya.

Setelah mengatur napasku, aku mengambil dua piring yang sejak tadi hanya terisi masakan khas Thailand. Gesa bergerak memenuhi piring dengan beberapa pastry sebelum berbalik.

Jarak yang tergunting dari tiap langkahku, selalu beriringan dengan napas yang coba kuatur sedemikian rupa. Menenangkan diri karena kemunculan Abel yang tiba-tiba. Supaya bapakku tidak curiga.

Aku menyorong salah satu piring yang isinya kembar dengan piring yang ada dihadapanku. "Kamu makan siang pakai ini?" tanya bapakku setelah ia melihat piring makan siangnya. Ponselnya sudah mendarat di meja. Fokusnya beralih padaku.

"Iya, Pak," jawabku tak ada keraguan. "Bapak pengen yang lainnya?"

"Saya nggak tahu kalau kamu sweet tooth, Lalita. Kalau tahu, saya nggak limpahkan perkara makan siang saya ke kamu."

Ia berdiri setelah memindahkan mangkuk tom yam dan mango sticky rice ke meja. Jari-jarinya menggapai piring yang hanya berisi pastry.

"Bapak mau ambil apa? Saya bisa ambilkan," tawarku ikut meninggalkan kursi.

"Nah, it's okay, Lalita. Enjoy your meal. Saya mau ambil pho yang di section Vietnam."

BOSS IN MY RED ROOMWhere stories live. Discover now