Bab 27

13K 1.4K 32
                                    

Akhir-akhir ini, Chester disibukkan oleh banyak pekerjaan. Karena rencana Lethisa—operasinya untuk berpura-pura jatuh cinta—harus terus berjalan, gadis itu berinisiatif untuk menghampiri pria itu ke kediamannya alih-alih mengajaknya bertemu di luar seperti biasa.

Jadi, di sini Lethisa sekarang, di kediaman sang komandan kesatria. Tidak menunggu di ruangan biasa, tetapi di dalam kamar tidur pria itu.

Gadis itu tiba sejak siang hari. Namun, hingga sore hampir habis, ia masih belum juga beranjak meskipun Chester belum menemuinya sama sekali, bahkan untuk sekadar menyapa—ia sedang benar-benar sibuk.

Lethisa tidak merencanakannya, tapi ... pada akhirnya, ia benar-benar tampak seperti gadis gila yang sedang mengejar-ngejar cinta kan?

Pemilik rumah tahu jika dirinya punya tamu. Ia pun sudah menyuruh bawahannya untuk menyampaikan jika sebaiknya gadis itu pulang saja. Namun, Lethisa justru berkata,
“Tidak apa-apa. Sampaikan kepada Komandan Chester jika tidak masalah untuk menyelesaikan pekerjaannya dulu sampai semuanya habis. Aku bisa menunggu, selama apa pun itu.”

Jika diberi kesempatan berlebihan, pada dasarnya itu akan menimbulkan sungkan dan rasa tidak enak hati. Karena itu, Chester jadi memaksakan dirinya untuk menghampiri Lethisa dulu di tengah kesibukannya meski itu hanya sebentar.

“Sudah kubilang, kerjakan saja dulu pekerjaanmu. Toh, aku tidak datang karena hal mendesak atau sesuatu yang penting.”

Lethisa tidak memiliki intensi untuk merajuk. Maksud dari kata-katanya murni. Ia benar-benar tidak mempermasalahkan Chester yang mengabaikan kedatangannya. Ia justru sedang menikmati kesendiriannya di kamar pria itu sembari memakan berbagai kudapan yang disuguhkan selama menunggu tanpa memedulikan hal lain.

“Itu membuatku merasa jadi orang jahat.”

Cih, dasar orang baik.” Lethisa bergurau separuh mengejek. “Kau tidak akan langsung berubah jadi jahat hanya dengan mengabaikanku sekali,” imbuhnya santai.

“Tapi, tetap saja aku merasa agak—”

Chester refleks memutus ucapan dan segera menoleh ketika mendengar suara dari jendela. Lethisa juga bereaksi sama.

“... Hehehe.”

Victor terkekeh canggung kala pemilik rumah dan tamunya memergokinya tengah menahan tubuh yang menggantung di udara dari luar ambang jendela.

“Oh iya,” ucap Lethisa tiba-tiba. “Victor ingin menemuiku, jadi aku menyuruhnya datang ke sini. Tidak apa-apa kan?”

Sudah terlanjur datang seperti ini, bagaimana bisa Chester menolak? Karena itu, ia hanya berdehem dan mengangguk asal, mengiyakan dengan agak terpaksa.

Di samping itu, melihat pemandangan ini membuat Chester jadi menyadari sesuatu.
Ada yang janggal dari identitas Victor.

Apakah memang wajar jika seorang penulis berita biasa bisa menyusup diam-diam seperti ini? Terlebih lagi, yang pria itu susup ialah kediaman milik komandan pasukan elite kerajaan. Mekanisme keamanan dan penjagaannya dirancang ketat.

Bagaimana pula ia memanjat hingga ke lantai empat tanpa terlihat oleh siapa pun? Padahal bangunan ini adalah gedung terbuka.

Karena tahu jika Chester sedang menelaah identitas aslinya, Victor berusaha untuk menghindari kontak mata dengan pria itu. Ia sengaja langsung menghampiri Lethisa ketika berhasil memasuki kamar dan bersikap abai pada eksistensi Chester.

Villainess Want to Die [END]Where stories live. Discover now