Bab 43

11.9K 1.1K 61
                                    

Lethisa tidak bisa mengenyahkan tanda tanya di kepalanya. Ketimbang pertanyaan, “Sebenarnya, makhluk apa tadi?” dirinya lebih penasaran pada apa maksud dari ucapan yang ia dengar dari pria bersurai emas dengan sayap di punggung itu.

Alasannya terjerat adalah karena dendam. Karena itu, ia diminta untuk memaafkan orang yang pernah menyakitinya, dan meminta maaf kepada mereka yang pernah dirinya sakiti.

Setelah merenungkannya selama hampir tiga jam, Lethisa akhirnya berhasil mengurai makna dari titahan itu. Dendam apa yang membuatnya terjerat, terjerat dari apa, memaafkan kesalahan apa, dan meminta maaf kepada siapa.

“Jika kau melakukannya dengan hati yang tulus, aku akan memberimu hadiah.”

Sejujurnya, ia tak menginginkan hadiah apa pun. Setelah menyadari apa kesalahan yang sudah ia perbuat sampai sejauh ini, Lethisa akan secara sukarela meminta maaf, tulus dari hati. Ia ingin menebus semua penyesalannya yang datang terlambat. Penyesalan yang baru muncul ketika akal sehatnya akhirnya berfungsi normal kembali.

“... thisa?”

Karena termenung terlalu lama dan menyelami lamunan akan penyesalan terlampau dalam, ia terlambat menyadari kehadiran Chester yang datang bersama seorang sipir penjara. Terhanyut dalam pikirannya sendiri membuat telinganya bak tuli sebab tidak mendengar kedatangan mereka yang bahkan sudah membukakan jeruji besi yang mengurungnya.

“Ayo. Sudah waktunya untuk pulang,” ujar pria itu sembari tersenyum simpul dan menyulurkan tangan dari ambang pintu.

‘Ah, ternyata sudah selesai.’

Lethisa tersenyum tipis. Ia yang semula tengah duduk di atas alas tidur segera bangkit, berjalan menghampiri Chester yang datang untuk menjemputnya.

“Apa persidangannya sudah berakhir?”

Chester mengangguk kukuh. Pria itu menggenggam tangan Lethisa dan menuntunnya berjalan keluar menara—dibuntuti pula oleh sang sipir.

“Bagaimana hasilnya?” Lethisa kembali bertanya.

“Status kebangsawanan Fiona Gilles dan seluruh anggota keluarganya dicabut. Mereka diasingkan ke daerah terpencil di Utara. Gelar Grand Duke milik Devon Ethan Kline dicabut. Ia dipenjara seumur hidup. Pangeran Edgar mendapat hukuman mati.”

Lethisa mengangguk konstan sebagai tanggapan. Ia selalu menolak menghadiri persidangan. Karena itu, tak heran jika ia tidak mengetahui apa pun mengenai jalannya sidang.

“Lalu, aku? Hukuman apa yang akan kudapat?”

“Kau itu penyelamat negara, bagaimana bisa mendapat hukuman? Justru kau boleh mengharapkan penghargaan.”

Lethisa merengut masam. “Jangan mengejek.”

Chester mendengus geli. “Tidak ada yang mengejekmu.”

Entah apa yang Chester perbuat untuk meyakinkan orang-orang di persidangan sampai-sampai Lethisa bisa dibebaskan tanpa hukuman apa pun, Lethisa tak tahu sama sekali. Tetapi, ia lega dan tak menyesali apa pun karena telah mempercayai pria itu.

“Omong-omong ... Chester, bisakah kau mengantarku untuk menemui Devon?”

***

Villainess Want to Die [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora