Bab 34

10.2K 1.4K 39
                                    

Kening Dare berkerut ketika melihat Lethisa menanggapi perkataannya seolah sedang bercanda. Nada bicaranya terlalu tenang untuk seseorang yang nyawanya tengah terancam. Tubuhnya sama sekali tidak gemetar. Bahkan sorot matanya teguh tanpa keraguan.

‘Terlalu berani ...’ Dare bergumam di dalam hati.

“Pertama, kau boleh membunuhku. Dengan catatan, harus mendengarkan semua hal yang mendasariku nekat datang ke sini terlebih dahulu. Kedua, kau harus mempertimbangkannya demi keberlangsungan hidup banyak orang, terutama anggota pasukan dan negaramu. Dan yang terakhir ... lepaskan Victor. Karena jika harus ada orang yang mati di sini malam ini, itu cukup aku saja.”

Victor terbelalak. “Apa kau gila?!”

Meski pekikan Victor terdengar jelas dan nyaring, Lethisa tidak menggubrisnya sama sekali. Sepasang netranya masih menatap lurus sepasang manik mata milik lawan bicaranya dengan teguh dan tegas.

“Victor tidak ada kaitannya dengan apa pun. Dia hanya orang berdarah campuran Finnomark yang aku bodohi dan aku manfaatkan untuk mengantarku ke sini.”

Nada bicara Lethisa yang terdengar datar dan tanpa emosi justru membuat rongga dada Victor semakin menyempit ketika mendengarnya.
Lethisa mengorbankan dirinya sendiri demi Victor dengan setengah berbohong.

Bukannya terharu, pria itu justru marah. Wajahnya merah padam hingga ke leher. Kedua tangannya yang terikat tali di pergelangannya mengepal kuat. Rahangnya mengeras dan gerahamnya bergemeletuk.

‘Apa gunanya selamat sendirian?’

“Lethisa, kau jangan—!”

Victor menelan kembali kata-katanya bersamaan dengan salivanya sendiri kala sebilah pedang milik salah satu kesatria Finnomark dalam hitungan detik berada di sebelah lehernya. Ia menggigit bibir. Amarahnya membuncah. Namun, ia tidak bisa melakukan apa pun. Pada akhirnya, ia kembali membisu.

“Aku tidak berkewajiban untuk mewujudkan keinginanmu sekalipun ini yang terakhir sebelum kau mati,” balas Dare cuek.

Lethisa mendesis. “Cukup lepaskan Victor, dan kau boleh membunuhku dengan cara apa pun setelahnya.”

“Nona, aku panglima perang, bukan menteri diplomasi. Jadi jangan mengajakku bernegosiasi karena aku menyelesaikan masalah menggunakan pedang, bukan dengan kata-kata.”

Lethisa menggigit bibir bawah hingga berdarah. Ekspresi tenangnya terdistorsi. Rahangnya mengeras, bahkan hingga membuat urat-urat di pelipisnya timbul samar-samar.

Dare tiba-tiba menarik rambut Lethisa hingga ia terpaksa menengadahkan wajah sembari meringis. Kemudian pria itu berbicara lagi—masih dengan nada dingin tanpa ekspresinya.

“Aku tidak akan mengirimmu ke akhirat sendirian. Karena temanmu akan kubuat menyusul setelahmu. Selamat tinggal.”

Lethisa refleks memejamkan matanya rapat-rapat ketika merasakan lempeng besi dingin menempel di kulit lehernya. Dan ketika mata belati itu berhasil menggoresnya sepanjang dua sentimeter, Victor berteriak lantang, menginterupsi.

“TIDAK, JANGAN! DIA PUTRI DUKE WESLEY!”

Gerakan tangan Dare seketika terhenti. Sempat mematung beberapa detik, pria itu akhirnya menurunkan belatinya.

Villainess Want to Die [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang