31. Sahabatnya Abi
...o0o...
"Clar maaf, gue gak tau sumpah kalau lo alergi udang."
Clarissa berdecak. "Lo ah, udah sepuluh kali loh, lo minta maaf terus. Santai aja kali. Selagi ada penanganan gue gak bakalan meninggoy," sahut Clar tenang.
Padahal Gema sudah dialiri keringat dingin.
"Oh ya makasih ya udah bawain sarapan." Gema mengangguk tak enak hati.
Disaat mereka asik berjalan menyusuri koridor tak sengaja Clarissa menangkap sesuatu yang tak asing lagi dipandangannya. Sesosok tubuh jangkung dari belakang yang sepertinya tengah mendorong kursi roda.
"Arhan, itu ... Abi?" tanya Clar menunjuk ke depan.
Gema menoleh. "Mana?" tanyanya balik.
"Itu loh An. Hoodie hitam."
Kala itu juga netra Gema membola. Dia menarik tangan Clar hendak dibawanya menjauh dari sana. "Duh gue mau ketemu dokter disini dulu Clar. Ada kepentingan. Antarin ya."
"Ih bentar. Itu Abi kan?"
"BI, ABIII!!!"
Telat sudah. Usaha Gema menjauhkan Clar dari Abi gagal. Clarissa terlebih dulu menepis tangannya lalu bergegas mencari keberadaan Abi. Senyum Clar mengembang saat melihat itu benar-benar calon suaminya namun senyum itu seketika luntur kala melihat seorang gadis yang berada duduk dikursi roda.
"H-hai?" sapa Alina. Clar tersenyum canggung.
Gema menyusul.
Netra Abi melotot kearah Gema seperti memberi isyarat kenapa bisa ada disini. Gema menggeleng.
"Abi kok ada disini? Gak kerja ya? Abi sakit?" Clarissa menyerang Abi dengan pertanyaannya.
Abi menggeleng gugup. "Gue nemanin Alina cuci darah," sahutnya.
"O-oh. Alina siapanya Abi?" tanya Clarissa curiga.
Alina tersenyum lalu mengulurkan tangan kearah Clarissa. "Gue Alina, sahabatnya Abi." Kala itu juga Abi menatap Alina.
"Lo pasti Clarissa kan? Tunangannya Abi? Maaf ya gue pinjam Abinya bentar buat nemanin cuci darah. Gak lebih kok." Clarissa mengangguk.
"Oh ya Bi. Aku minta waktu buat bicara sama Clarissa ya? Kamu sama Gema bisa pergi bentar kan?"
Gema menarik tangan Abi dan dibawanya pergi dari sana walaupun Abi masih syok tak tau harus berbuat apa.
"Dekat banget ya sama Abi? Panggilannya aku kamu dan sampai cuci darahpun ditemanin?" tanya Clarissa.
Alina menatap wanita itu. Wajahnya memang cantik. Benar apa yang dikatakan Gema waktu itu. Pantas saja Abi bisa berpindah hati darinya.
"Lumayan. Tapi lo gak usah cemburu kok. Gue rasa Abi udah gak cinta gue sepenuhnya dan separuhnya ada di lo."
Clarissa mengepalkan tangan sebagai usaha menahan air mata yang rasanya ingin menetes.

YOU ARE READING
BRONDONG MANIS UNTUK CLARISSA (END)
Teen Fiction"Bocil sialan. Bocil ingusan gak guna. Bocil nyebelin. Bocil cocoknya mati aja deh lo." Abi mengangguk-angguk tak memperdulikan makian dari Clarissa. Pria itu lebih memilih menaiki motornya lalu hendak meninggalkan Clarissa namun sebelum dia pergi a...