Sarwa Kalih.

3.5K 250 56
                                    

"Pulang sekolah mancing di sungai, gimana?"

"Ngikut aja gue mah. Gas!"

Suara bising merebak dari sekumpulan jantan yang berbincang di warung kantin sekolah. Kini mereka mengalihkan pandangannya pada lelaki yang tengah mengapit rokok pada jarinya.

"Rumah tangga belum, anak gak ada, kerja juga kaga, mikirin apaan sih, Gam?"

"Sibuk mikirin hidup yang penuh tanda tanya."

"Cuekin aja"

"Gak ada perhatian-perhatian nya lo jadi kawan!"

"Gue ngelanjutin lirik lagunya! Makanya jangan potong omongan orang. Belum beres maen potong-potong aja!"

"Eh, kata OSIS lusa nanti ada pensi."

"Asik tuh! Gue mau daftar."

"Bakat lo apaan sih, Han? Nanti dipanggung malah malu-maluin."

"Kaga tau aja lo, gue udah menang banyak kali," ujar Dehan berbangga diri.

"Menang apaan? Menang cempreng kali."

"HAHAHAHA"

"Waktu buat latihan terlalu minim, tapi rugi semisal kaga ikut, tahun depan udah lulus."

"Iya, mendingan mulai dari sekarang."

"Gue yakin gak ada yang nolak kalo gue milih tampil buat nge-band," ujar Ojan selaku yang paling tua diantara teman-teman mereka.

"Gak perlu minta persetujuan,"

"SETUJU!" ujar mereka secara serempak.

"Asad ngurus pendaftaran, biar gue yang tentuin job," ucap Sagam dibalas anggukan oleh sang pemilik nama.

"Han, madep belakang!" perintahnya, "seperti biasa, posisi gue jadi vokalis. Ojan bagian gitar, Asad basis, dan lo Han, lo ngemban tugas drummer," pungkas Sagam.

Tidak ada kata membawa buku bagi anak-anak degil yang kerjanya disekolah cabut doang. Sagam hanya membawa satu pulpen yang ia selipkan pada atas telinganya. Sagam pun hanya menuliskan komponen-komponen itu pada baju bagian belakang Dehan. Ini lumrah.

"Beres dah. Ayo balik kelas!" ajak Ojan.

"Ngapain ke kelas? Bentar lagi pulang," ujar Dehan."

"Balik kelas aja kaga masalah, tapi gue cabut duluan, ya!"

"Lah, Gam! Gak jadi mancing?"

"Besok aja. Hari ini katanya bakal ada gerhana sungai, air sungainya panas, ikannya pada mati!"

Ojan dan Dehan hanya bisa menatapi kepergian Sagam, keduanya saling melirik. "punya temen iq nya dibawah rata-rata!" batinnya.

Tibanya diparkiran Sagam bergegas menaiki kendaraannya yang dominan dengan variasi warna abu dan hitam yang terlihat mengkilap. Ia mengenakan Mastermind Japan Jacket berona hitam yang membalut tubuhnya, dengan bawahan celana pensil abu yang membuatnya terlihat cogah.

[A/:N] Sagam ngabers.

Sambutan dari gapura yang dihiasi lampu-lampu itu terlihat sangat elok dipandang mata, Sagam tiba di sebuah desa kecil yang asri, pepohonan dan rerumputan masih sangat hijau. Bahkan sebelum bisa menjumpai rumah penduduk, siapapun yang lewat akan disuguhkan pemandangan sungai panjang yang airnya pun sangat jernih. Suasana desa yang sesungguhnya masih tertanam di sini.

Bisa dikatakan, desa ini tak banyak penduduk, tidak banyak bangunan bangunan besar seperti yang dikota. Sepanjang jalan memasuki desa ini tak akan nampak rumah modern, yang ada hanyalah rumah kuno klasik yang mayoritasnya rumah-rumah itu didominasi warna coklat.

V A R I O「 BL LOKAL 」Where stories live. Discover now