Sarwa Sanga.

1.7K 141 45
                                    

Vario kebanggaan Sagam memasuki area danau kecil yang tak jauh dari desa. Pemuda itu menghabiskan waktu beristirahat dari lelahnya kegiatan di pagi hari. Menjelang petang hari ini, ia menikmati sorenya dengan menaiki perahu bebek, menggowesnya pelan sembari netranya menatapi cahaya dari matahari yang tenggelam.

Sagam enggan untuk berlama-lama akan aktivitasnya, dan kini ia telah kembali ke pekarangan desa.

"Kar!" panggil Sagam dari jauh seraya mengeraskan suaranya.

"Motor lo berisik, kontol!"

'Brommmm Brommm'

"Bocah sialan! Liat ni selop gue nabok congor lo!" ujar Afkar yang memegangi sandal jepit yang ia lambungkan ke atas.

"Kalem, Bos!" ujar Sagam mematikan motornya.

"Abis dari mana lo?"

"Empat huruf mendatar belakangnya O."

"Apaan tuh?"

"KEPO."

Tawa Sagam bertagar keras, sedangkan Afkar rasanya hanya ingin menggantikan Sagam sebagai rumput untuk pakan kambing Pak Rt.

"Gimana? Udah lo siapin?"

"Sabar, anjing! Lo gak liat gue keberatan bawa ni karung!"

"Gitu doang, elah," remehnya.

"Songong lo jadi orang. Mending bantu gue!"

"Bantu? Tu karung ditaroh motor gue gitu?"

"Pake nanya lagi. Ya iya, buruan!"

Afkar menaruh goni yang berisi rumput itu ke jok belakang Sagam, dan itu memicu perdebatan antara keduanya.

"HEH LO GOBLOK APA GIMANA! GUE BELUM SETUJU!"

"Kita kan kawan, masa kudu minta persetujuan! Orang niatnya bantu."

"Awas motor gue lecet! Gue lecetin juga tu pala lo biar peyang."

"Bacot. Anterin tuh kerumahnya Pak Rt, ati-ati!"

Afkar terkadang menjadi buruh untuk Pak Hadi, atau dikenalnya sebagai Pak Rt.
Tidak mengenal waktu, setiap harinya ia akan membawa beberapa goni berisi rerumputan yang ia peroleh dari sawah. Daun-daunan hijau itu untuk memberi pakan kambing-kambing Pak RT yang jumlahnya tak sedikit. Namun dibalik itu semua, sejatinya Afkar melakukan itu upaya mendekati gadisnya Pak RT.

Berkat kebaikan Sagam, ia kembali mengendarai motornya, dengan tujuan ke rumah Pak RT. Walaupun dalam hati ia telah mengeluarkan sumpah serapah, karena musuhnya pasti berada di di sana.

"Loh, ternyata kamu naksir anak perawan saya juga?"

"Saya kesini usaha nya besar loh, Pak. Ngelewatin ratusan ribu semut, coba Bapak pikir. Bapak pikir gampang?"

"Inilah yang tidak saya suka dari anak jaman sekarang. Mulutnya nrocos mulu kaya atep bocor."

"Tinggal ditambal lah, Pak!"

"Sini, biar mulut kamu saya lem G!"

"Coba Bapak duel sama Nikita Mirzani! Pasti pengarah nya bingung siapa yang menang. Nyari seri nya aja susah, apalagi nyari menangnya."

"Mulut kamu isinya bom apa gimana? Telinga saya mau meledak dengernya!"

"Wah, banyak setannya itu, Pak."

PLAKKKK

"Iya. Kamu setannya!"

Tak perlu tanyakan kondisi Pak Hadi sekarang ini. Orangnya mencak-mencak, pengen jotos Sagam rasanya. Setiap kali ia dihadapkan dengan Sagam selalu saja begini.

V A R I O「 BL LOKAL 」Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin