Sarwa Enem.

2.2K 196 50
                                    

"Lo nervous, Han?"

"Gaya lo make bahasa Inggris! Coba, bahasa Inggrisnya satu berapa?"

"Siji," jawab Asad.

"Mata lo siji."

"Satunya kemana?" celutuk Ojan.

"Dimakan tuyul."

"Sagam tuh duitnya banyak, pasti tuyulnya juga banyak."

"Lo punya masalah apa sih sama gue, Han? Sini ngomong, sebelum bendera putih berkibar."

Usai manggung, kini mereka tengah berlesehan diseberang pohon mangga, ini tongkrongan mereka, yang bukan tongkrongan biasa.

"Penampilan Sagam tadi kayanya paling oke, sebelah pada jerit-jerit," ujar Asad disertai kekehannya.

"Nanti Si Bujang pipinya jadi tomat," ledek Ojan melirik Sagam.

"Gue perhatiin tadi tu orang memang fokusnya ke Dia doang, padahal disini ada yang lebih ganteng." Perkataan Asad hanya mendapat cibiran dari kawannya.

"Siapa, sih?" tanya Dehan.

"Cewe bohay kelas sebelah, Han. Arinda namanya."

"Gak minat, najis," tangkasnya.

"Najis najis!" cibirnya, "gitu-gitu body nya mantep, ese gedeh!!"

"Perawakannya aja kaya Dora!"

"Hahahaha"

Dehan mengeluarkan Boardgame dari tas ranselnya, selembar kertas yang didominasi oleh angka-angka itu kini menarik perhatian ketiga kawannya.

"Kita maen ular tangga?"

"Iya lah. Gue baru beli kemaren."

"Jadul banget permainan lo, sekarang mah jamannya ngep-ngep!"

"Sewot mulu lo pada!"

"Gak menarik," sungut Sagam.

"Lo mau yang menarik, Gam?"

Lima kalimat yang dilontarkan oleh Ojan begitu menarik atensi Sagam, sedangkan yang lain hanya sibuk bersaing melemparkan dadu guna mencari angka. Pandangan Sagam kini beralih pada Ojan, seakan meminta penjelasan lebih.

"Lo mau balapan kaya tahun lalu, gak?"

"MAU LAH!" sahut Dehan dan Asad serempak.

"Diem lo pada! Jangan ikut campur urusan orang dewasa."

"Gaya lo ngatain, lo aja Jamur."

"Jamur?"

"Janda-janda dibawah umur."

"Mata lo buta? Ga liat gue punya kontol? Janda mah jeruk bukan mentimun."

"Jadi pembahasan kita arahnya kemana, sih?" gerutu Sagam, teman-temannya sungguh berisik.

"Arah kanan. Bubar maju jalan."

"Nyawa lo gue bubarin!"

"Udah, Gam. Curut kaya mereka kaga perlu diladeni," desak Ojan, "lo dengerin gue sekarang."

Sagam mengangguk mengerti, "iya, apaan?"

"Lo mau yang menantang apa yang lucu?"

"Yang ngeri-ngeri sedep lebih menantang."

"Kita taruhan."

Sagam tercekat saat kalimat itu menyapa indra pendengarannya, taruhan?

"Ogah gue! Nanti macem-macem."

V A R I O「 BL LOKAL 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang