Bab 39. Eid al-Fitr

716 99 19
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَا تُهُ

Mari bersholawat kepada Nabi Muhammad ﷺ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Latin : Allahumma Shalli 'alaa Sayyidinaa Muhammad Wa'alaa Aali Sayyidinaa Muhammad




• • •





"Aku merasa seperti tenggelam saat menatap mata indah mu, tatapan mata yang begitu syahdu membuatku candu. Lantas, maukah kau menua bersamaku?"
-Muhammad Abrisam Alfarezel

 Lantas, maukah kau menua bersamaku?"-Muhammad Abrisam Alfarezel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




🖤 🖤 🖤






Abrisam terenyuh sekaligus merasa bersalah pada Ummi. Benar adanya apa yang dikatakan oleh Zaydan tempo hari, ia hanyalah sosok anak yang selalu membuat kecewa kedua orang tuanya.

Entah sudah berapa banyak kasih dan sayang yang Ummi Zulaikha berikan untuk dirinya, namun ia tidak pernah menyadari itu semua.

Selama ini Abrisam hanya terfokus pada lukanya sendiri, seolah-olah tidak ada orang yang juga merasakan sakit hati.

"Nak, kamu itu anak kebanggaan dan kesayangan Ummi. Kamu yang pertama kali membuat Ummi merasa punya tanggung jawab yang besar, yaitu merawat dan mendidik kamu sampai bisa sukses."

Ummi menjeda sejenak ucapannya, "ketika kamu bisa mengucapkan kata 'Ummi', Maa Syaa Allah, Ummi bahagia dan terharu, Ummi nangis saat itu juga, Nak. Waktu kamu bisa berjalan untuk pertama kali Ummi merasa senang sekali."

Abrisam mendengarkan dengan seksama setiap perkataan yang terucap dari bibir sang Ibu.

"Kamu anak Ummi yang paling hebat, kamu selalu sopan dan patuh sama apa yang Ummi ucapkan, bahkan saat kamu tahu tentang kenyataan yang sebenarnya, kamu sama sekali enggak berubah."

"Kamu enggak pernah membuat Abi dan Ummi kecewa, Nak. Abi dan Ummi paham bagaimana dan betapa sakit hati serta terlukanya hatimu, walaupun memang yang lebih mengerti adalah diri kamu sendiri," tutur Ummi penuh ketulusan.

Abrisam kembali merasakan sesak, memori-memori akan hal yang pernah terjadi di masa lalu kembali terlintas dibenaknya.

Satu tarikan napas panjang terdengar dari seberang sana, "terima kasih karena telah menjadi anak yang hebat dan kuat, Nak. Abi dan Ummi sangat bersyukur mempunyai anak seperti kamu," ungkap Ummi.

Abya: True LoveWhere stories live. Discover now