❝Langit Türkiye merupakan saksi pertemuan pertama mereka.❞
Abrisam, seorang mahasiswa S2 yang tampan dan paham agama yang di dambakan banyak wanita. Ia adalah lelaki pintar, putih, tinggi dan bagus akhlak nya tetapi ia juga dikenal sebagai lelaki ya...
Latin : Allahumma Shalli 'alaa Sayyidinaa Muhammad Wa'alaa Aali Sayyidinaa Muhammad
• • •
"I love you. I will love you now, I will love you tomorrow, and I will love you for the rest of my life. No matter what life puts me through, I will be here by your side. Because without my other half, I am not me." —Muhammad Abrisam Alfarezel
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
🖤 🖤 🖤
Matahari bersinar terang membuat siang hari menjadi cerah. Laki-laki bertopi kupluk merah dengan model rajut itu berjalan menuju spot favoritnya.
Hoodie abu-abu yang dipadukan bersama celana jeans adalah outfit hari ini. Ia melangkah penuh semangat dan sesekali menyapa para kucing-kucing jalanan di sana.
"Wait a minute, bentar lagi gue sampe." Laki-laki tersebut berkata melalui sambungan telepon.
Setelah panggilan berakhir, dirinya kembali berjalan kaki sampai tiba di tempat tujuan. Menyapa teman-temannya yang sudah menunggu cukup lama.
"Lama amat lo, Bi. Berdebu gue nungguin lo, abis dari mana sih?" ucap Malik seraya berjabat tangan dengan Abidzard.
"Sorry, gue abis ada perlu sama Aisyah tadi."
Malik mendelik menatap Abidzard, "widih makin deket aja nih kayaknya. Demen kan lo?"
"Apaan dah, enggak jelas lo! Mana ada gue demen sama Aisyah."
Mereka berdua telah duduk di kursi yang telah tersedia. Menyeruput secangkir teh khas Türkiye sebelum kembali berbicara.
"Ngaku aja kenapa sih, susah amat."
"Kagak ya, Mal! Diem atau gue slepet mulut lo pake tongkat baseball," suara Abidzard terdengar sangat tidak suka karena telah digoda oleh Malik.
"Idih ngerinya, ampun dah ampun." Malik menyatukan kedua telapak tangan, meminta maaf kepada Abidzard.