43 M.H

11.7K 331 36
                                    

Untunglah ketika Glara masuk ke dalam rumah, dia tak harus bertemu dengan neneknya. Jika sampai dia bertemu dengan wanita yang telah membesarkannya tersebut bisa-bisa rahangnya akan rontok sangking terlalu banyaknya melontarkan penjelasan, dan sebenarnya liburannya juga akan berjalan mulus kalau saja tak bertemu dengan trio curut Rama, Agha, serta Manda. Benar-benar sial pikirnya "masa iya kualat sama om Ilyas. Eiy nggak mungkin, om Ilyas kan juga kebanyakan dosa " renungnya seraya membuka pintu kamar, namun saat Glara masuk Sania yang tampak tengah sibuk dengan segala perawatan wajahnya langsung saja melemparkan lirikan tajam.

Karena terlampau sangat lelah Glara memilih menghiraukan lalu meletakan secara asal tasnya di dekat dinding sembari mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celananya dan setelahnya langsung berbaring di atas tempat tidur

Sania sendiri juga tak mau memusingkan kehadiran Glara dan memilih untuk pokus saja pada apa yang saat ini dilakukannya lalu setelah selesai Saniapun membereskan semuanya dan kembali menyimpannya. Namun saat berniat ingin mematikan lampu kamar mendadak saja antensinya tertarik ke arah ponsel Glara yang tergeletak di tempat tidur, karena penasaran diapun mengurungkan niatnya mematikan lampu dan justru malah menghampiri tempat tidur untuk melihat seseorang yang sedang sangat gencar menghubungi Glara

"Om Ilyas?" Sebelah alis Sania lantas terangkat sambil beralih memperhatikan Glara yang tampak telah tertidur Sangat pulas, Sania kemudian meraih ponsel Glara lalu membawanya pergi keluar dari kamar

Setelah sampai di luar Sania kemudian baru menjawab panggilan telpon itu "iya hallo?"

"kenapa baru di jawab?"

Sania tak bisa menutupi rasa keterkejutannya saat mendengar nada bicara Ilyas yang tak selembut biasanya "aku baru aja sampe di rumah" ucapnya agak kesulitan saat meniru cara bicara Glara jadinya dia sengaja memelankan suaranya

"memangnya kamu habis dari mana?"

"habis dari luar om"

"habis dari luar atau lagi seneng-seneng sama laki-laki lain, ha?"

"haaa!" Sania mendadak terlonjak kaget saat ada yang menyentuh pundaknya dari belakang, dia kemudian segera berbalik badan sembari menyembunyikan ponsel milik Glara di balik punggungnya

"hape yang tadi itu, bukannya hapenya Glara ya?" Tanya nenek Lina penuh curiga, dia yang awalnya berniat memastikan Sania sudah tertidur atau belum justru malah di kagetkan dengan kepulangan Glara namun cucunya itu telah terlelap dan kini masalahnya hanya ada di Sania. Seingat Lina anak itu sudah pulang tapi kenapa tak ada di dalam kamar jadi dia memutuskan untuk mencari ke depan, namun saat sampai di teras dia malah melihat Sania sedang berbicara di telpon menggunakan ponsel yang sangat mirip dengan milik Glara hal itu bisa di buktikan dari casing hape yang tak pernah di ganti oleh Glara dari sejak lama

Bukannya membenarkan Sania malah menggeleng "bukan, ini hapeku sendiri" sangkalnya

"jangan coba-coba bohong dan kurang ajar di rumah saya, Sania" ujar lina tampa ekspresi, selama ini dia memang tak mau cerewet pada setiap tindakan Sania namun Lina tak akan segan-segan menegur keras jika Gadis di hadapannya ini mencoba melakukan sesuatu yang bisa saja membuat cucunya dalam masalah "Siniin hape Glara" ujarnya sembari mengulurkan lengannya

Sania tampak kesal sehingga dia langsung saja mengembalikan Ponsel Glara ke tangan Lina lalu melengang masuk ke dalam rumah

Setelah kepergian Sania, Linapun memeriksa ponsel Glara dan mendapati histori panggilan telepon dari Ilyas, tak tau apa yang telah Ilyas katakan kepada Sania. Tetapi Lina sangat berharap kalau Sania bisa mengetahui hubungan antara cucunya dan ilyas setelah Glara menyelesaikan ujian kelulusannya. Sebenarnya dia juga merasa bersalah karena telah mengizinkan Sania untuk tinggal bersama di sini, padahal awalnya dia berfikir jika Sania adalah anak yang baik namun nyatanya dia salah menyangka. sifat Sania justru sangat berbanding terbaik dengan prasangkanya.

OM ILYAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang