52 M.H

8.8K 231 7
                                    

Karena curah hujan yang tak kunjung reda, pada akhirnya hal tersebut hanya memperlambat proses evakuasi pohon yang membentang di badan jalan. Bahkan  beberapa kendaraan lain banyak yang memilih menepi di pinggir jalan begitupun dengan ilyas, bedanya pria itu memilih menepikan mobilnya agak sedikit jauh dari mobil-mobil yang lain.

“perut kamu gi mana, udah nggak sakit lagi kan?" Karena sejak tadi Glara hanya sibuk sendiri dengan ponselnya jadinya hal tersebut membuat ilyas tampak kehilangan ketenangannya.

“nggak... Om nggak bosen nanyain itu terus" balas Glara singkat tampa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari layar ponselnya

Ilyas kemudian  mengangguk samar Lalu memandang lurus ke arah warung yang tampak sedang ramai walaupun hanya di terangi oleh lampu cas “ mau ke warung situ nggak?" Tanya Ilyas kemudian, ya pikirnya dari pada hanya saling mendiamkan di dalam mobil  akan lebih baik jikalau dia dan Glara  beristirahat sambil menyeduh kopi panas di warung kan.

Glara kemudian mendongak dan Melihat ke arah warung yang di maksud oleh ilyas namun karena mendapati banyak pria yang juga berkumpul di sana ya tentu saja hal tersebut membuatnya enggan “aku nggak, om aja" tolaknya halus

​“ayolah, temenin mas minum kopi. Sekalian istirahat juga yang, emangnya nggak pengap lama-lama di dalam mobil" bujuknya sembari menggenggam lengan Glara

Kening Glara sontak saja berkerut sinis “itukan ada banyak orang, om kesana aja sendiri. Aku mau di sini aja" Balasnya  sembari melepaskan tangan Ilyas yang sedang mengenggam lengannya

“berarti mas kesana, kamu di sini sendiri?. Berani emangnya, nggak takut kamu" Tanya ilyas begitu serius

“ha?" Apa-apaan pikir Glara, padahal sebelumnya dia tak memikirkan sampai sejauh  itu tapi setelah ilyas mengungkitnya hal hasil dia jadi memikirkannya “ya emangnya ada apa? " Balasnya agak sedikit was-was sembari mengedarkan pandangannya ke wilayah sekitar, sebenarnya lingkungannya kelihatan cukup ramai tapi kalau malam hari begini ya agaknya memang bukan ide yang bagus kalau dia hanya seorang diri di dalam mobil apalagi saat ini juga tengah mati lampu dan hanya warung di sebelah sana yang memiliki alat penerangan.

“bukan apa-apa, mas kesana dulu. Kamu tunggu di sini jangan kemana-mana " karena merasa umpannya di makan bulat-bulat oleh Glara, sudut bibir ilyaspun lantas tertarik. Jelas dia ingat betul kalau istrinya  itu tipe orang yang penakut jadi mana mungkin Glara berani sendirian di dalam mobil di saat sekitarnya sedang gelap gulita.

“umm om...Kan lagi hujan, kenapa nggak nunggu di mobil aja ” saat ilyas berniat membuka pintu, dengan cepat Glara langsung menarik lengan kaos suaminya Itu.  Uhh gila saja pikirnya, dia kan hanya manusia biasa jelas  saja diapun juga takut dengan yang namanya setan.

“mas mau minum kopi di warung situ" balas ilyas, sebenarnya dia bisa saja menuruti kemauan Glara namun jika dia  langsung menyerah semudah itu karena rayuan istrinya rasanya tujuannya juga akan mustahil untuk tercapai.

“minum kopinya kan bisa nanti di rumah, kalau nekat kesana baju om nanti basah. Di sini aja ya" bujuk Glara seraya menyunggingkan senyuman semanis mungkin.

“kalau basah kan tinggal ganti " balas ilyas begitu santai

Mata Glara lantas melotot, ntah alasan apa lagi yang harus dia lontarkan agar ilyas tak pergi kemanapun “kalau rambut om basah, nanti  sakit lagi gi mana" ujarnya seraya menunjukan raut penuh rasa khawatir

Seketika saja ilyas langsung terkekeh geli “ nggak papa, kan ada kamu " balasnya sembari terus memandang intens Glara

“aku nggak bakal perduli, soalnya om  bandel di kasih tau nggak mau dengerin" ucapnya tampa sadar terbawa suasana dan berbicara sok imut ke ilyas
​​​
“gitu ya, kalau giliran ada maunya aja  ngomongnya di lembutin-lembutin"

OM ILYAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang