67 M.H

6.7K 145 1
                                    

"Oh ya, padahal kelihatan jelas kalau kamu cemburu" ujar ilyas meragukan

Glara lantas memicingkan matanya, dia tentu tak mau kalau di sangka sedang cemburu sebab arti dari cemburu itu sendiri berarti dia menyukai ilyas sedangkan Glara belum merasakan hal seperti itu "Aku?...ngapain aku cemburu, aku cuman nggak suka tante Ale pake baju tipis dan super kebuka di rumah ini. Aku nggak mau nuduh dia pake baju kayak gitu biar bisa mancing kucing di rumah ini" elaknya menegaskan

Ilyas kemudian memalingkan wajahnya dan menatap hampa ke arah pintu kamar "ya udah kalau nggak cemburu dan di rumah ini nggak ada kucing ya..." ucapnya terkesan kecewa lalu berniat beranjak dari duduknya

"Eh?, mau kemana?" melihat ilyas yang ingin berdiri, dengan sigap Glara langsung mendahului berdiri lalu mendorong pundak ilyas agar pria itu kembali duduk di tepi tempat tidur

"apa?, katanya tadi nggak cemburu... kenapa kamu ngehalangin mas?"

"Ya kalau om mau keluar dari kamar, jelas nggak bakal aku biarin lah. Itu karena aku nggak mau terus-terusan salah paham, aku tuh nggak mau kalau om kasih perhatian ataupun ngajak tante Ale bicara. Apalagi sampe bikinin dia kopi kayak tadi pagi, dia kan bisa buat sendiri. Dan juga aku tuh masih ingat jelas kalau om pernah pacaran sama Tante Ale dan ituh tuh ganggu banget makanya jangan deket-deket sama tante Ale soalnya itu bikin salah paham om" ujarnya memaparkan semua unek-uneknya dengan menggebu-gebu lalu setelah itu kembali duduk ke tempatnya semula

ilyas tampak terdiam dan tentunya memikirkan baik-baik kegundahan yang di rasakan oleh Glara "mas sebenernya udah capek bahas Tente kamu terus, arus beberapa kali mas bilang, mas udah nggak ada pikiran kayak gitu ke tante kamu Gla" ujarnya kemudian

Glara menggeleng samar "itu mungkin aja, tante Ale kan cantik banget. Dan bukan cuman cantik tapi mukanya juga bukan tipe yang ngebosenin, om bisa aja suka lagi sama dia setelah aktif bicara tiap hari di rumah ini" jawabnya sengaja menghindari kontak mata dengan ilyas

Namun ilyas justru tersenyum getir setelah mendengar keraguan besar Glara terhadap dirinya "dari pada itu, perasaan kamu sendiri gi mana?. Apa kamu masih nggak mau nerima mas?" Tanyanya mulai serius, menurutnya sama halnya seperti Glara yang setiap hari ingin di yakinkan diapun juga begitu. Dan saat ini dari pada mempermasalahkan hal lain dia justru lebih ingin tau apakah kini Glara sudah bisa menerima dirinya atau belum

Glara seketika terhenyak karena tak bisa mengutarakan apa yang saat ini dia rasakan ke ilyas. Tapi kalau soal menerima pria itu di dalam hidup, Glara pikir sepertinya sejak awal menikah dia sudah menerima ilyas "perasaanku..." gumamnya masih belum menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawab "aku..."

Ilyas menurunkan pandangannya dan melihat betapa kalutnya raut wajah Glara "cium mas, kalau kamu tetep diem mas anggep itu sebagai penolakan dari kamu" ujarnya memberi solusi agar Glara bisa memberikan jawaban tampa perlu sampai mengutarakan apapun sebagai jawaban mengingat istrinya ini memang memiliki rasa gengsi yang cukup tinggi.

Glara mengangkat pandangannya dan melihat ilyas yang kini tengah memandang lurus ke depan dengan wajah temerenung seolah mengisyaratkan kalau pria itu sudah pasrah terhadap dirinya, sehingga hal tersebut membuat Glara berkecil hati hal hasil dengan sedikit keberanian di campur rasa malu diapun mulai mendekatkan diri ke ilyas dan dengan cepat langsung saja mengecup singkat pipi pria itu

Merasakan bibir lembut Glara menempel di pipinya sampai seperkian detik, hal tersebut seketika membuat ilyas terpaku, sungguh tadinya dia memang sempat berangan-angan kalau Glara akan menciumnya namun ketika gadis itu benar-benar melakukannya rasa ketidak percayaan langsung memenuhi benaknya "jadi ini jawabannya..." ujarnya lalu memandang Glara dengan senyuman lebar, bahkan bukan hanya itu saja jantungnya pun turut berdegup kencang padahal ketika berhasil menikahi serta menghamili Glara dia tak sampai merasa sesenang sekarang. Mungkin karena rasa lega yang ia dapatkan hari ini adalah hasil dari usahanya setelah menunggu begitu lama.

OM ILYAS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang