1 - RUTINITAS

42 7 0
                                    

Sky Garden Apartemen

GEDUBRAK!!

BRUGH!

DUAK!!

"Argh! Kaki gue!" Lelaki jangkung itu berjingkat seraya mengerang kesakitan memegang sebelah kakinya yang terantuk di kusen pintu kamarnya.

Ditatapinya jari kelingking kakinya yang nampak memar dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "SIAPA SIH YANG BIKIN PINTU DISINI!?" Marahnya entah pada siapa.

Di tiupnya beberapa kali jari kelingking kakinya yang malang itu. Karena kalau di hitung-hitung dalam seminggu, setiap pagi setidaknya sekitar tiga kali dia pasti akan mengalami insiden persis seperti ini. Pernah ia berpikir jika apartemennya ini berhantu dan punya kutukan jari kelingking.

Are you ready kids?

Aye Aye Captain~

I can't hear you!

Aye Aye Captain!

Oooooo~

Ringtone alarm hape lelaki itu pun berbunyi lagi. Lagi?
Ya, sebenarnya tadi alarm hapenya sudah berbunyi sekitar lima belas menit yang lalu, itulah juga alasan mengapa ia sudah seperti banteng kesurupan di pagi hari hingga menabrak kusen pintu.

Lelaki berkulit putih itu pun nampak berpikir sejenak. Mencoba mengingat-ingat sesuatu. Sepertinya ada hal penting yang ia lewatkan dan...

"OHIYA GUE KAN ADA KELAS PAGI ANJIR UDAH TELAT STENGAH JAM INI!!"

Drap Drap Drap

Begitulah lelaki berumur 20 tahun itu pontang panting ke kamar mandi. Bukan untuk mandi, dia hanya akan cuci muka dan sikat gigi.

Diaturnya sebentar rambutnya yang sangat berantakan dengan jarinya di depan cermin. Namun setelah itu ia malah sempat-sempatnya cengengesan sendiri. "Gila Die! Gak mandi aja lo tetep ganteng. Yahh ginilah nasib jadi orang ganteng."

Namun kenarsisan lelaki itu tak berujung lama. Ia kembali pontang panting menuju kamarnya dan bergegas mengganti baju. Selesai, ia pun bergegas mengunci pintu apartemennya lalu pergi menuju kampusnya.

Perlu kalian ketahui, jika pemandangan ini adalah rutinitas yang lumrah bagi seorang Diego Eugino.

***

Universitas Heazer

"Maaf saya telat pak."

Di depan Diego, pak Willy selaku dosen kelas paginya hari ini nampak diam menatapnya dengan tenang. Tentu saja Pak Willy sudah sangat kenal dengan Diego Eugino. Satu-satunya mahasiswa pencetak rekor yang selalu datang terlambat masuk ke kelasnya.

Tak enak hanya di tatap saja Diego berinsiatif sendiri memberi penjelasan. "Maaf pak macet tadi."

"Hmm ya sudah silahkan lanjut belajar." Ujar pak Willy santai.

Diego mengerjap tak percaya, mungkin seisi kelas pun sementara menganga tak percaya. Biasanya pak Willy pasti akan langsung mengusir Diego dari kelas dengan wajah garang, tapi hari ini pak Willy benar-benar seperti malaikat tak bersayap. Suara pak Willy barusan juga terdengar merdu di telinga Diego.

"Makasih pak.. Makasih" Diego menunduk sopan beberapa kali dengan raut wajah gembira. Ia hendak pergi menuju kursinya namun...

"Di luar."

LA COSA NOSTADonde viven las historias. Descúbrelo ahora