2 - BERTEMU

33 6 0
                                    

Drrt drrt drrtt

Drrt drrt drrtt

"Woy Die, lo dari mana aja sih."

"Dari kantor polisi, motor gue di tilang. Handphone gue lowbat. Ini baru nyampe apart. Ngape lu nanya-nanya, udah kayak pacar gue aja." Cerocos Diego tanpa jeda napas pada teman satu tempat kerjanya di seberang telepon sana, Erick.

"Heh anak setan! Lo kenapa gak masuk kerja? Bos ngamuk-ngamuk sama elo. Katanya lo gak bisa dihubungin."

Kening Diego mengkerut. "Lah lo udah ketularan blo'on nya gue yah? Gue off hari ini bambang."

Di sana Erick terdengar menghela nafas panjang. "Iya emang lo blo'on! Lo lupa kemaren kita tukeran shift?! Hari ini lo masuk bego!"

Diam sejenak. Diego berusaha mencerna baik-baik kata-kata Erick. Hingga dua matanya membelalak dan.. "OHIYA GUE LUPA ANJIR!!"

Tanpa menuggu Erick ngomong lagi, Diego langsung memutus sambungan teleponnya begitu saja. Laki-laki itu lalu menyambar kunci motornya di atas meja. Ia bergegas menuju tempat kerjanya.

***

Summer nights cafe n'coffe

Diego sampai. Ia memarkirkan aerox merahnya dengan buru-buru. Sekilas di lihatnya jam pada jam tangannya. Tepat jam 12 malam.
Sedangkan jam masuk kerjanya jam 9 malam. Jadi sudah terlambat sekitar 3 jam. Jujur saja selama ia bekerja di sini dirinya memang sering terlambat masuk kerja. Tapi malam ini adalah rekor terlamanya ia terlambat. Tentu saja saat ini ia cemas bukan main.
Meski begitu Diego tetap bergegas masuk lewat pintu belakang. Pintu khusus karyawan. Walau dalam hatinya tak henti merapalkan doa. Semoga malam ini gue gak dibunuh dama pak Bos.

Ceklek

"Ngapain kamu lewat situ?"

Baru sedetik membuka pintu. Diego sudah disambut oleh suara pak Yohan, ownernya Summer night cafe n'coffe. Sialnya pak Yohan ternyata sedang ada di belakang bersama karyawan lain yang sedang bekerja.

Diego meneguk ludah sekali. "M-maaf pak.. Saya telat. Handphone saya juga lowbat dari tadi sore."

"Saya gak nanya itu. Yang saya tanya, kenapa kamu lewat situ?" Tanya pak Yohan dingin.

Walau sebenarnya tak begitu paham, Diego berusaha menjawab sebisanya. "I-iya karyawankan harus lewat sini pak."

Masih tak berekspresi pak Yohan bertanya lagi. "Iya makanya itu saya tanya, kenapa kamu lewat situ?"

Mendengarnya, perasaan Diego mulai tak enak. "S-saya kan karyawan pak." Jawab Diego dengan volume suara yang mulai melemah.

"Gak! Mulai hari ini kamu bukan lagi karyawan saya." Tegas pak Yohan to the poin hingga..

"Kamu saya pecat!"

***

Semilir angin malam menerpa wajah Diego. Matanya menatap sendu air laut yang nampak tenang.

Sejak insiden pemecatan beberapa saat yang lalu, Diego tak langsung pulang ke apartemennya. Ia memilih pergi ke pelabuhan yang tak jauh dari lokasi Summer night cafe n'coffe.

Ia mencari tempat yang cukup sepi, duduk di tepi pelabuhan lalu menatap air laut. Ini adalah salah satu kebiasaan Diego. Jika hatinya sedang kacau, melihat air laut adalah solusinya. Perasaannya akan jauh lebih baik.

Jujur saja, hari ini. Diego benar-benar merasa kacau. Mungkin sejak dulu hari-hari Diego sudah sering ditimpa kesialan-kesialan lumrah, dan Diego sudah biasa akan hal itu. Lelaki itu hanya akan mengabaikannya dengan bermain PlayStation di hari libur bersama Rafael.
Tapi hari ini agak berbeda. Hari ini terlalu melelahkan dan...  menyedihkan.

Dimarahi dosen, ditilang polisi, dipecat, di tikung sahabat, hingga diputusin.. Pacar.

Jika ditanya hal yang paling menyedihkan dari hari ini. Jawabannya adalah diputusin pacar. Kalian harus tau Diego benar-benar menyayangi Mika. Di hatinya benar-benar tak rela jika ia harus berpisah dengan gadis itu. Di kira move-on kayak bikin member alfamart apa yak? Sat set sat set udah! Kelar.

Diego tiba-tiba mengangkat handphone yang sedari tadi ada di genggamannya. Ditatapinya wallpaper handphonenya dengan wajah murung. Itu adalah foto Mika yang sedang tersenyum dengan lembut.

"Masak iya gue harus ganti wallpaper?" Celetuk lelaki itu dengan suara serak.

Ia lalu menatap kesal entah pada siapa dan berteriak. "MASAK IYA GUE JOMBLO!!"

Diego hendak melempar Handphonenya ke laut -persis seperti adegan-adegan putus cinta ala sinetron-sinetron- tapi tidak jadi. Mengingat hapenya baru di beli sebulan yang lalu dan harganya cukup mehong.

BRUUGH

Diego terpelonjat kaget sesaat. Ada suara keras yang tak jauh dari peredarannya. Lelaki itu pun menoleh kebelakang dan benar. Dari jarak 10 meter Diego dapat menangkap sosok seorang gadis berbaju serba hitam yang tengah tergeletak di lantai. Sepertinya gadis itu pingsan.

Diego lantas lekas berdiri. Namun ia agak ragu sejenak, batinnya. Gue samperin gak yak? Tapi kalo dia preman yang lagi mabok gimana? Atau jangan-jangan perampok yang lagi modus? Atau..

"Die! Kata emak kalo liat orang yang lagi kesusahan, harus segera ditolongin." Tegas lelaki itu pada diri sendiri.

Diego pun segera berlari menghampiri si gadis yang tergeletak. Setelah sampai Die sempat melihat gadis itu sedang meringkuk lemah memegang pinggangnya. Gadis itu tidak pingsan ternyata.

Palingan asam lambungnya kumat, entar gue beliin milanta trus gue anter ke rumah sakit depan. Batin Diego.

"Malam.." Sapa Diego sopan, soalnya gak boleh jahat-jahat sama anak gadis kata emak.

Gadis itu tak menjawab. Ia masih meringkuk. Diego tak bisa melihat dengan jelas wajah gadis itu karna tertutup rambut panjangnya. Awalnya Diego tak terlalu merasa khawatir namun...

Mata Diego menangkap keadaan di sekujur tangan gadis itu yang tak tersingkap baju. Penuh dengan luka sayatan dan lebam di mana-mana.

"EH BUSET! Lo abis diapain maimunah?!" Diego cepat berjongkok dan mengangkat tubuh gadis itu dengan hati-hati. Namun seperti benar-benar tak bisa bergerak, gadis itu malah terkulai di dalam pelukan Diego.

"Rumah lo dimana? Bapak lo siapa? Siapa yang bikin lo jadi kaya gini? Gu-" Kalimat lelaki itu terhenti. Matanya terbelalak dengan sempurna. Tenggorokannya pun terasa tercekat saat ini.

Darah segar mengalir entah dari mana. Jika tebakannya benar, sepertinya gadis itu sedari tadi memegang pinggangnya.
Diego tak banyak bicara lagi. Lelaki itu lekas mengangkat gadis itu dan membopongnya.
Namun baru beberapa jauh berjalan. Diego dapat mendengar sesuatu meski tak jelas.

"Tolong.."

"Jangan.."

"Jangan bawa saya ke rumah sakit."

***

Comment

vote

Jangan lupa~

Salam
Author labil

LA COSA NOSTAWhere stories live. Discover now