6 - JALAN

44 5 7
                                    

Ceklek

Ruka membuka pintu kamarnya. Pagi ini gadis itu sudah merasa lebih baik setelah tadi malam Diego membelikan bubur untuk di makan oleh Ruka dan juga obat penurun panas.

DUAK!!

Klontang

Prang!

Dua alis Ruka bertaut. Baru saja gadis itu membuka pintu lalu ia sudah di sambut oleh kerusuhan di arah dapur. Buat gadis itu jadi was-was sendiri. Banyak bayangan-bayangan yang terlintas di dalam benak gadis itu. Jangan-jangan ada perampok! Atau mungkin seorang pembunuh bayaran yang menyusup masuk ke sini.

Ruka pun bergegas. Ia lalu mengendap ke arah dapur dengan awas. Ia tak punya senjata apa pun saat ini. -semua senjata miliknya sudah ia hanyutkan ke dalam sungai boston sebelum ia melarikan diri dari kota itu agar tak ada jejak sama sekali untuk menemukannya- Tapi tenang saja. Bagi Ruka itu bukan masalah besar. Saat ini ia bahkan sudah siap untuk menyerang dengan tangan kosong.

Klontang

Bruugh

Brak

Baiklah. Suasana di sana sepertinya malah lebih tambah rusuh dari sebelumnya. Apa perampoknya ada banyak orang? Atau jangan-jangan itu geng Mafia?
Ruka lalu cepat melangkah ke dalam Dapur dan saat Ruka sampai di dapur...

KLONTANGG

"Aw! Panas! panas!"

Ruka melega. Semua dugaannya salah. Di dapur ternyata hanya ada Diego yang sedang memegang teflon dengan keadaan dapur yang sudah seperti kapal pecah.

Diego menatap kedatangan Ruka dengan kikuk. Bukan apa-apa. Pasalnya pagi ini seorang Diego yang tak pernah dan tak bisa memasak ini mencoba untuk membuat sarapan. Supaya keliatan kayak cowok-cowok keren di nopel-nopel. Yahh walau pun emang udah keren dari lahir sih, benak Diego.

Tapi harapan lelaki itu tak jadi. Usahanya benar-benar gagal. Sudah lima kali ia mencoba untuk membuat nasi goreng tapi entah kenapa kecapnya tidak mau merata, warnanya nasi gorengnya belang. Sudah lima kali juga ia menggoreng telur mata sapi dan semuanya gosong.

Dan. Seperti tak perlu menjelaskan apa-apa, saat ini Ruka sudah paham situasi macam apa yang sedang ia saksikan saat ini. Dan meski tak berekspresi apa pun, dalam hati gadis itu sungguh merasa tak percaya, mengapa bisa ada orang yang hanya ingin membuat sarapan tapi bisa sampai memporak-porandakan seisi dapur lalu sarapannya tidak jadi pula.

"Biar saya yang bereskan dan saya yang buat sarapan." Ujar Ruka akhirnya sambil ia hendak berjalan menuju meja dapur namun...

"E.. E.. Eh!" Cegah Diego dan sukses menghentikan pergerakkan Ruka. Sepertinya lelaki itu tidak mengizinkan Ruka untuk mengambil alih kekacauan yang sudah ia lakukan. Bukan apa-apa, Diego hanya mengingat kejadian tadi malam saat bersama Ruka. Tadi malam Diego mencoba bertanya banyak hal kepada gadis itu, terutama di mana rumahnya, siapa orang tuanya, apa yang terjadi padanya saat di pelabuhan hingga gadis itu bisa babak belur. Tapi Ruka hanya diam sampai akhirnya gadis itu menjawab. "Saya hilang ingatan. Yang saya ingat nama saya Ruka."
Makanya itu Diego lebih jadi merasa prihatin dengan keadaan Ruka dan memutuskan untuk membantu gadis itu. Walau Diego tak tau sampai kapan ia bisa membantu Ruka, tapi ia senang bisa melakukan apa yang bisa ia lakukan saat ini.

Tapi Diego ya Diego. Cowok baik hati yang gengsian untuk berkata jujur. Perhatian dan kebaikannya selalu ia tutupi dengan ngoceh-ngoceh. "Gak usah banyak gaya lo maimunah! Gue udah 20 tahun hidup minta sama yang maha esa supaya gue bisa masak tetap aja sampe skarang kagak bisa masak! Masak aer aja aernya ilang!"

LA COSA NOSTAWhere stories live. Discover now