03-Kenapa rasanya sangat sulit?

13.8K 734 13
                                    

Bunda Shella, Zafi, dan ayahnya gus Zafi sudah duduk di meja makan. Sementara Fira tidak berani menghampiri mereka dan lebih memilih untuk tetap berada di kamar.

Setelah gus Zafi selesai sarapan dan berangkat mengajar barulah bunda Shella menyuruh Fira sarapan.

"Oh iya, nama kamu siapa? " tanya bunda Shella kepada Fira.

"Zhafira Seyana bun, " sahut Fira dengan nada canggung.

"Keluarga kamu ada? Apakah mereka tahu tentang ini? " tanya bunda Shella lagi.

"Aku yatim piatu bun, aku tidak bersama om dan tante ku sekarang, aku ga mau ngasih tau ini ke om dan tante ku bun, "

"Kenapa? Kalau mereka nyariin gimana? "

"Mereka jahat bun, aku ga suka tinggal bareng mereka, " ucap Fira sembari menahan air mata yang hendak jatuh.

"Oh gitu, yasudah gapapa! "

"Kamu tenang saja, saya akan menerima kamu kok di keluarga ini, jadi ga perlu takut, " tutur bunda Shella sembari tersenyum ke arah Fira.

Beberapa saat kemudian Fira sudah selesai sarapan. Ia berjalan mengelilingi rumah gus Zafi yang bisa di bilang lumayan besar.

Dinding dinding rumah gus Zafi penuh dengan foto keluarga dan juga foto seorang gadis yang sangat cantik.

"Ternyata ini foto istrinya ka Zaf, pantesan ka Zafi susah mengikhlaskan kepergian istri nya, " batin Fira sembari melihat ke arah foto almarhumah istrinya gus Zafi.

Fira melanjutkan kembali langkahnya untuk melihat seisi rumah gus Zafi. Saat Fira berada di lantai dua Fira melihat ada kamar yang di kunci.

Karena penasaran Fira mencoba untuk melangkahkan kakinya menuju kamar itu.

"Kira-kira kamar ini isinya apa ya? " tutur Fira yang sudah berdiri di depan kamar itu.

"Itu kamar khusus menyimpan barang almarhumah istri Zafi, " sahut bunda Shella yang tiba-tiba muncul di hadapan Fira.

"Oh gitu ya bun, pantesan di kunci, " sahut Fira sembari menganggukkan kepalanya.

"Iya, oh iya udah selesai kah keliling rumahnya? " tanya bunda Shella dengan suara lembut nya.

"Udah bun, ini mau ke kamar, " sahut Fira sembari tersenyum tipis.

"Baik lah kalau begitu, bunda mau ke bawah dulu ya! " pamit bunda Shella yang langsung di balas anggukan oleh Fira.

Fira sudah berada di kamar tamu. Sementara gus Zafi sudah mulai mengajar para santrinya. Meskipun pikiran masih kacau gus Zafi berusaha tetap fokus untuk mengajar.

"Baik, sampai sini ada yang mau di tanyakan? " tanya gus Zafi saat pelajaran selesai.

"Tidak ada gus, " sahut serempak santri yang gus ajari.

"Baik, kalau gitu sampai sini dulu pelajaran kita, " gus Zafi pun memulai membaca doa sebelum ia keluar dari kelas.

Setelah selesai membaca doa. Gus Zafi langsung kembali ke rumahnya untuk beristirahat sebentar sebelum nanti siang mulai ngajar lagi.

Saat gus Zafi hendak menuju kamarnya. Gus Zafi tidak sengaja berpapasan dengan Fira. Dengan raut bete gus Zafi langsung masuk ke dalam kamar tanpa menghiraukan Fira.

"Serem amat dah, " batin Fira saat melihat raut gus Zafi.

Fira kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur untuk membantu bunda Shella menyiapkan makan siang.

"Bun, boleh nanya? " tanya Fira sambil memotong bawang.

"Boleh, " sahut bunda Shella yang tengah memasak bumbu.

"Almarhumah istri ka Zafi meninggal karena apa? "

"Karena kecelakaan, " jawab bunda Shella dengan tetap fokus ke masakannya.

"Oh gitu, " Fira menganggukkan kepalanya.

Beberapa saat kemudian makanan siang sudah siap di hidang kan. Fira menaruh lauknya ke meja makan.

"Panggil Zafi dulu gih! " perintah bunda Shella kepada Fira.

Fira pun mengangguk dan langsung pergi ke kamar gus Zafi.

Belum sempat Fira mengetuk pintu kamar, gus Zafi sudah membuka pintunya.

"Makan dulu ka! " ucap Fira dengan nada sedikit takut.

Bukannya menjawab gus Zafi malah langsung berlalu begitu saja di hadapan Fira dengan raut masam.

"Harus kuat-kuat mental inimah, " batin Fira sembari turun menuju meja makan.

Setelah semuanya sudah berada di meja makan. Mereka pun langsung memulai makan siang.

"Zafi pamit ngajar dulu, " pamit gus Zafi saat selesai makan.

"Iya, " sahut bunda Shella dan ayahnya gus Zafi.

Gus Zafi pun langsung melangkahkan kakinya keluar rumah untuk kembali ke kelas. Gus Zafi kembali mengajar para santrinya seperti biasa.

Seusai mengajar bukannya langsung pulang ke rumah gus Zafi justru malah ke kantor.

"Gus mau minum? " tawar Arya yang juga ada di kantor.

"Engga deh, " tolak gus Zafi yang sedang rebahan di sofa.

"Gus baik-baik aja kan? "

"Iya Ya, saya cuman kangen Ahza doang, " sahut gus Zafi berbohong.

"Kirain kenapa, yang sabar ya gus! Doa in Ahza terus, " tutur Arya sembari duduk di samping gus Zafi.

"Iya, "

Gus Zafi menatap ke arah langit-langit dengan tatapan kosong. Pikirannya selalu bertanya-tanya dosa apa yang telah ia perbuat sehingga Tuhan menguji seperti ini. Semakin lama gus Zafi merasa mengantuk dan pada akhirnya tertidur.

Arya yang melihat gus Zafi tertidur tiba-tiba merasa sangat sesak. Arya seakan-akan ikut merasakan sakit yang gus Zafi alami. Mereka tidak sedarah tapi ikatan mereka sudah melebihi dari ikatan persaudaraan, jadi tidak heran Arya ikut merasa sakit saat melihat kondisi gus Zafi.

"Gus! " panggil Arya membangunkan gus Zafi karena sudah mau azan ashar.

Gus Zafi pun langsung membuka matanya sembari membangunkan dirinya.

Setelah nyawa gus Zafi sudah benar-benar terkumpul, barulah gus Zafi beranjak dari kantor menuju tempat berwudhu di iringi oleh Arya.

"Tumben kamu setelah ngajar ga langsung pulang ke rumah, " tanya bunda Shella saat gus Zafi sudah berada di rumah.

"Gapapa bun, " sahut gus Zafi dengan raut datar.

"Jangan seperti ini lama-lama nak, kasian Ahza dan kamu, bunda tau ini berat tapi terus coba untuk mengikhlaskan ya! " ucap bunda Shella menasehati gus Zafi.

"Iya bun, " sahut gus Zafi singkat kemudian langsung pergi menuju kamar.

Saat gus Zafi ingin masuk ke dalam kamarnya. Langkahnya terhenti di kamar yang selalu terkunci itu. Gus Zafi mengurungkan dirinya untuk masuk ke kamarnya dan memilih untuk masuk ke dalam kamar yang ternyata adalah kamar khusus menyimpan barang-barang milik Ahza.

Gus Zafi menyalakan lampu kamar itu. Dengan senyum getir gus Zafi masuk ke dalam kamar itu.

"Sekarang saya hanya bisa melihat barang-barang milik mu Za, " lagi-dan lagi air mata gus Zafi tak tertahan kan.

"Kenapa sulit Za? Kenapa saya selalu gagal untuk mengikhlaskan mu? "

Gus Zafi memeluk foto Ahza sembari menangis dan tanpa gus Zafi sadari ternyata Fira memperhatikan nya dari arah luar.





Kehilangan orang untuk selamanya itu memang sulit 🙂

Yang sabar gus

Happy reading guys

Jangan lupa vote dan komennya, biar author makin semangat.

Dou Z(End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang