15-menyesal

15.2K 752 71
                                    

Fira dan Sintia sudah sampai di rumah. Sintia langsung membawa Fira ke kamarnya kemudian membuat teh hangat untuk Fira.

"Langsung istirahat aja deh lu, " suruh Sintia kepada Fira.

"Sin, jangan kasih tau tante atau om gua keberadaan gua ya! Gua ga mau balik ke mereka, " tutur Fira sebelum dirinya tidur.

"Iya, tenang aja, "

Sintia adalah teman sekaligus anak buah Fira waktu Fira masih menjadi ketua geng motor dan belum masuk islam. Kalau kalian pikir Fira anaknya kalem kalian salah besar. Di masalalu Fira bahkan menjadi ketua geng motor yang sangat di takuti, Fira tidak segan menghabisi lawan yang berani mengusiknya, bahkan Fira sempat membuat seorang gadis bundir karena menjadi bahan bully Fira.

"Kasian banget ini anak, " tutur Sintia saat Fira sudah tertidur dengan lelap.

Sementara Fira sudah berada di rumah temannya. Gus Zafi sudah berada di kamarnya bersama ayah dan bundanya.

"Kalau udah kayak gini, siapa yang harus di salah kan? "

"Jujur kali ini bunda kecewa sama kamu Fi, "

"Udah berapa kali bunda bilang, jangan memperlakukan Fira seperti itu, tapi tetap saja kau melakukan hal menyakitkan kepada Fira salah satunya dengan membandingkan dirinya dengan Almarhumah istri mu, " ucap bunda Shella dengan raut kecewa kepada gus Zafi.

"Jadi kan ini pelajaran Fi, gengsi kamu juga jangan terlalu tinggi, " tutur ayahnya gus Zafi menasehati.

"Bun, ayah! Maafin aku karena udah bikin kalian kecewa, aku akan berusaha memperbaiki semuanya, " gus Zafi tertunduk tidak berani menatap bunda dan ayahnya.

"Semoga kamu bisa bujuk Fira kembali lagi ke sini, " ayahnya gus Zafi menepuk bahu gus Zafi kemudian beranjak dari sana di iringi oleh bunda Shella.

Air mata gus Zafi langsung mengucur deras saat kedua orang tuanya sudah pergi dari kamarnya.

Zafi baru menyadari dengan sikapnya itu bukan hanya Fira yang kecewa. Namun, kedua orang tua bahkan mungkin Ahza juga ikut kecewa di atas sana.

Zafi berusaha menelfon Fira. Namun, selalu tidak di angkat. Di malam itu gus Zafi benar-benar tidak bisa tidur sampai azan subuh berkumandang.

"Dimana kamu Fira? Saya harus mencari mu kemana? " gus Zafi menyetir mobilnya tanpa tahu arah tujuannya.

"Tolong angkat telfon saya Fira, " gus Zafi terus menelfon Fira.

Gus Zafi menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Ia termenung sembari melihat orang lalu lalang di jalan. Gus Zafi menghembuskan nafas dengan berat karena sudah tidak tau lagi harus mencari Fira kemana.

Di sisi lain Fira tengah termenung di kamar Sintia. Mata Fira terlihat sangat kosong saat menatap jendela kamar.

"Fir, itu telfon lu bunyi mulu, ga mau di angkat? " tanya Sintia sembari duduk di samping Fira.

Fira yang tadinya melamun langsung mengalihkan pandangnya ke layar handphone. Di sana terlihat sangat jelas nama orang yang terus menelfon itu adalah gus Zafi. Bukannya mengangkat Fira justru malah mematikan handphone nya.

"Sarapan dulu nih! " Sintia memberikan Fira roti tawar isi coklat dengan segelas susu putih.

Tanpa berkata sepatah kata. Fira langsung memakan dan meminum sarapan yang di berikan oleh Sintia.

"Lu udah bisa cerita belum? " tanya Sintia saat Fira selesai sarapan.

"Kemarin tuh gua ngilang gara-gara gua di paksa sama om dan tante gua untuk nikah sama rentenir tua, karena gua ga mau akhirnya gua kabur ke sebuah gunung, "

Dou Z(End) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt