12. Dua Belas

31 9 21
                                    

Happy reading

Di sinilah Axel sekarang, di depan rumah yang sangat megah, rumah yang menyimpan banyak luka untuknya.

Rasanya Axel tak pernah mau untuk menginjakkan kakinya di rumah itu lagi, tetapi kali ini ia harus mengurungkan niat itu, yang terpenting sekarang ia harus bisa mengambil barang yang ia cari.

" Huhh". Helaan nafas Axel terdengar.

" Lo pasti bisa Xel". Ujar Axel, menyemangati dirinya sendiri.

Dengan keberanian yang ia kumpulkan, akhirnya Axel mulai memasukki rumah itu.

_________________

Axel mulai ingin menaiki tangga, tetapi tiba-tiba suara seseorang menghentikan langkah kaki Axel.

" Ngapain kamu disini? ". Tanya seorang laki-laki paruh baya itu.

" Masih berani kamu menginjakkan kaki mu di rumah ini? "

Axel membalikkan tubuhnya, ia melihat sosok yang selama ini selalu membuatnya mengurung kan niatnya untuk menginjakkan kakinya di rumah ini lagi, orang yang selalu melontarkan kata-kata yang menusuk untuknya.

" Aku cuman mau ambil barang, nggak lebih". Jawab Axel.

" Wah berani kamu menjawab saya". Ujar laki-laki paruh baya itu.

Andreas artha wirayuda, ayah dari Axel, orang yang sangat membenci Axel.

" Belum cukup kamu membunuh istri saya?, dan juga menyembunyikan putra saya satu-satunya?, dan sekarang kamu dengan beraninya menginjakkan kaki mu yang kotor itu di rumah ini? ". Kata Andreas dengan menusuk.

Sudah Axel duga, pasti akan seperti ini.

" Aku nggak mau ribut sama Papa, aku cuman mau ambil barang aku di sini, nggak lebih". Jawab Axel dengan lantang.

" Berani kamu sama saya? , sudah bisa menjawab kamu ya"

" Aku nggak mau ribut sama Papa"

" Pergi! ". Usir Andreas pada Axel.

" Enggak! ". Jawab Axel dengan tegas.

Plakkk

Wajah Axel tertoleh ke kiri, sudut bibirnya mengeluarkan darah.

" Kamu budeg?, pergi saya bilang! "

" Aku udah bilang sama Papa, aku mau ambil barang aku, nggak lebih Pa". Ujar Axel, yang sudah geram dengan Andreas.

Ia dulu memang selalu diam, tapi sekarang ia tak kan tinggal diam saja, ada hal yang lebih penting dari pada ia harus mendengarkan kata-kata Andreas yang menusuk.

" Dasar anak nggak tau diri! "

" Serah Papa"

Lalu Axel pun segera melanjutkan jalannya, ia menuju ke lantai dua tepat di kamarnya.

Tetapi ia tak pergi ke kamarnya, melainkan ia pergi ke kamar seseorang, ada sesuatu yang harus ia cari di sana.

*****

Sudah hampir setengah jam Axel menggeledah kamar orang itu, tapi ia tak menemukan apapun.

" Dimana si?, gue udah muter-muter dari tadi tapi nggak ada apa-apa "

" Dimana lo nyimpen barang itu? ". Ujar Axel bertanya-tanya.

" Kalok kayak gini terus bisa-bisa Papa keburu marah"

MIRAXEL Onde histórias criam vida. Descubra agora