Tujuh Belas

103 9 0
                                    

Hari saat Taeyong berjalan di sisi Jaehyun di jalanan Los Angeles siang hari adalah saat di mana ia menyadari seberapa banyak yang telah ia lewatkan selama ini. Inilah yang dilakukan pasangan pada umumnya, pikirnya. Memilih lilin aroma, membeli baju serupa, membicarakan teman-teman mereka sembari melahap es krim. Ia ingin sekali menggenggam tangan Jaehyun. Mendamba sentuhan kecil nan lugu.

Hubungan mereka bergerak terlalu lambat. Urutannya pun berantakan. Biasanya seperti ini: lelaki bertemu lelaki, pergi berkencan di hari yang cerah, bertukar minuman dan mengambil foto bersama, kemudian mereka berciuman di teras rumah atau bangku taman atau di tempat yang indah dengan perut diterbangi kupu-kupu, lalu mereka menghabiskan beberapa waktu sebelum bersama-sama jatuh di ranjang. Lalu tumbuh dan tumbuh hingga semuanya menjadi suatu kebiasaan yang nyaman, yang aman bak rumah, yang hangat dan polos, pertengkaran sengit tentang masalah besar yang menakutkan, namun tidak mengapa karena itu adalah sebuah kebiasaan yang nyaman dan aman, bagai rumah yang hangat.

Lalu Jaehyun dan Taeyong, mereka bertemu di usia remaja, yang menjadi kebiasaan, kemudian mereka dihinggapi kupu-kupu itu dan pergi berkencan diam-diam di bawah langit malam yang gelap nan pekat, lantas berciuman di dapur dengan tiga buah piring kotor menjadi saksi, dan juga aroma sisa danmuji di udara. Mereka bergerak lamban dan tumbuh bersama-sama, dan kini Jaehyun adalah sebuah kebiasaan yang hangat, namun ia masih belum yakin apakah lelaki itu bisa disebut rumah, dan ia tahu pasti bahwa ia tidak aman bersamanya. Hubungan mereka tidaklah aman, dan Taeyong pikir mereka tidak akan pernah bisa merasa aman.

Mereka bergumul di atas tempat tidur Taeyong, mencoba-coba dan betapa menyenangkan bisa melihat sosok Jaehyun yang merona dan mencapai puncaknya, tetapi terjadinya hanya beberapa kali. Satu kali, cepat dan berantakan di kamar mandi, ketika Haechan dan Doyoung beradu mulut tentang sesuatu di ruang tamu, Taeyong mengotori tangan Jaehyun dengan putihnya, menciumnya hingga bibirnya kebas dan sensitif. Satu kali di kamar Jaehyun, mereka bahkan tidak berbaring di ranjang, hanya berdiri dan terburu-buru membuka ikat pinggang dan pakaian, menyelipkan tangan di celana jeans yang begitu ketat, meninggalkan noda di tepi pakaian Taeyong lalu bergegas menyekanya sebelum kembali ke luar.

Kemudian sekali lagi, ketika mereka punya waktu yang cukup untuk menanggalkan seluruh pakaian, dan Jaehyun berbaring di sisinya, kulit bertemu kulit, tubuh mengungkung tubuhnya dan menariknya mendekat dan makin dekat hingga mereka saling melekat. Paha di sisi pinggulnya, kaki terbelit dan dada bertemu dada, untuk waktu yang terasa begitu lama namun juga belum cukup lama, hingga ia mengulum milik Taeyong dan membawanya ke puncak. Lalu pahanya kembali di sisi pinggul Taeyong, menyentuh miliknya sendiri hingga Taeyong merasakan pelepasannya, menetes di perut dan mengaliri sisi tubuhnya, terasa hangat kemudian dingin. Kejadian ini membekas di benak Taeyong hingga berminggu-minggu lamanya.

Ada keringat di bawah poni dan juga kerah pakaiannya dan ia tak begitu mampu membuka matanya lebar-lebar di bawah teriknya matahari L.A. Sudah satu tahun sejak mereka memulai hubungan ini, pikirnya, namun mereka telah beranjak dari satu anak tangga ke anak tangga lainnya, walau tak banyak, walau jarang terjadi. Segalanya berjalan secara tak biasa dan Taeyong tidak tahu apa yang akan terjadi, langkah apa yang seharusnya mereka ambil. Apakah Jaehyun akan menggenggam tangannya di depan umum, membuatnya tertawa? Apakah itu anak tangga pencapaian selanjutnya? Akankah mereka bercinta tanpa ada orang yang tahu tentang hubungan yang mereka jalin? Begitukah? Ia tidak tahu. Pun tidak masalah.

Ia menyerahkan dirinya pada hari itu, menyerahkan dirinya pada Jaehyun. Hanya itu yang bisa ia lakukan, dan hanya itu saja yang ia lakukan selama ini. Ia mengendusi semua lilin aroma yang Jaehyun tunjukkan, hingga hidungnya melontarkan protes. Menyesap minuman rasa semangka dan tersenyum selebar yang ia bisa. Dan ketika malam tiba, Jaehyun penuh akan Taeyong, dan begitu juga sebaliknya, dan itu sudah benar-benar cukup baginya. Ia tak akan menukarnya dengan apa pun. Ia puas dengan keadaan ini, putusnya. Ia puas dengan arah dari hubungan ini.

Lifetimes [Jaeyong] - Terjemahan Bahasa IndonesiaWhere stories live. Discover now