33. One Last Chance

27.6K 2.9K 571
                                    

Hola ~
Kangen nggak?

Untuk semua pembaca setia yang tak kenal lelah menanti, mohon lambaikan tangan 👋

Kupersembahkan chapter ini khusus untuk kalian 🥹🫶

"Apa hubungannya dengan ini semua? Aku tidak pernah mengingkari janji itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Apa hubungannya dengan ini semua? Aku tidak pernah mengingkari janji itu." Wajah Tristan terlihat bingung seakan ia tidak mengerti arah pembicaraan Zara.

Sang Duchess tertawa dingin. "Kamu menganggapku sangat bodoh atau apa? Aku tanya sekali lagi, siapa wanita yang berdansa denganmu di pesta ulang tahun Raja?"

"Hmm," Jari-jari lentik Tristan berketuk di atas kepala tongkat yang ia pegang. "Seingatku ada banyak wanita. Tapi wanita tercantik yang berdansa denganku hanya satu, yaitu kamu, sayangku."

Senyum manis dan memikat yang ditampilkan Tristan tak mampu menghancurkan topeng tanpa ekspresi yang dikenakan Zara.

Tristan menghela napas menyerah. Mengapa wanita sangat sulit dimengerti?

"Ada Miss Falmouth, Lady Spencer, Duchess Beatrice, Lady Margaret, Lady...," Ia terhenyak. Sekelebat rasa bersalah muncul di wajahnya. Hal itu cukup membuat Zara berani menyerang.

"Sekarang kamu sadar," ucap Zara penuh emosi. "Aku sungguh bodoh, buta dan begitu mempercayaimu. Kamu dan Lady Margaret pasti tertawa hebat di belakangku."

"Tunggu, apa yang dia katakan padamu?" Tristan mengambil langkah besar dan memegang kedua bahu kecil Zara.

"Oh, dia bilang kalian hanya teman. Ketika kamu pingsan, ia berteriak dan berlari ke sisimu. Teman seperti apa yang begitu perhatian? Coba kamu jawab. Teman seperti apa sampai kamu memberinya kalung berlian?!"

Nyala api amarah yang berkobar di kedua mata bulat milik Zara membuat Tristan semakin erat mencengkeram bahu Zara. Ia takut. Ia takut jika ia melepaskan cengkeramannya, ia akan kehilangan Zara.

"Dengarkan aku, please."

"Lepaskan aku. Lepaskan!" Zara meronta.

Ia menepis kedua tangan Tristan, namun Tristan langsung memeluknya.

"Pembohong!" Zara memukul dada bidang itu.

"Pengkhianat!" Sasaran selanjutnya di bahu. Tristan menahan kedua tangan Zara di belakang punggungnya.

"Dasar tukang selingkuh!" Kali ini kaki Tristan ditendang.

"Aw!"

"Lepaskan aku!"

Pukulan bertubi-tubi, cakaran dan tendangan Zara tak mampu membebaskannya.

Becoming A DuchessWhere stories live. Discover now