Chapter 31

1.3K 32 0
                                    

Kalo rasanya sedih, sakit, tersiksa pake banget. Berarti suatu saat nanti juga bakal bahagia pake banget.

~Langit Devantara~

Happy Reading Guyss...

.
.
.

"Trouble maker" Gumam Ayna kecil lalu beranjak pergi. Nafsu makannya jari hilang karena perbuatan onar Gara.

Ayna berjalan sendiri di sepanjang koridor sekolah. Sangat bosan, sial sekali ia harus pindah sekolah. Jika semasa sekolahnya dulu ada Regan yang mengganggu nya.Menyebalkan memang, tapi setidaknya ia tidak merasa kesepian.

"Ayna! " Ayna terperanjat kaget ketika ada yang memanggilnya. Ia menoleh-noleh hingga sangat empu muncul didepan nya.

"Kamu Ayna kan? "

"I-iya bu" Jawab Ayna kaku, ia tidak tahu siapa yang wanita yang sedang berdiri di hadapannya saat ini.

"Santai aja, saya saudaranya Gara"

Ayna kembali terkejut, kenapa ia tidak tahu?

Dan sepertinya kepekaan Ghea terlalu tinggi hingga ia busa tahu dia ekspresi Ayna jika gadis itu merasa tak enak.

"Pasti Ayna gak tau ya siapa saya? " Ujar Ghea dengan senyum tipisnya. Ayna menggeleng sebagai jawaban.

"Saya Ghea, seperti yang sudah saya bilang tadi, saya saudaranya Gara sekaligus guru BK disini"

"Saya boleh minta tolong gak? " Ujar Ghea to the point, sepertinya hal yang akan diucapkan memang tidak boleh dibicarakan bertele-tele.

"Bantuan Ayna? Apa? "

"Ayna harapan satu-satunya buat Gara berubah. Kita semua udah capek sama kelakuan Gara, tadi aja mau berantem lagi kan? "

Ayna hanya bisa diam, entahlah ia bingung harus menjawab apa.

"Ayna tolong nasehatin Gara ya, kasih tau dia kalo dia salah. Gara kalo udah marah susah, susah buat ditenangin. Ayna tahu kan maksud saya? "

✧✧✧

Ayna terus terngiang-ngiang dengan ucapan Ghea. Sampai jam pelajaran pun kalimat-kalimat Ghea tidak bisa ia lupakan.

Ayna menatap wajah Gara yang tampak begitu malas mengikuti pelajaran matematika. Ayna jadi merasa gagal menjadi seorang istri.

"Baik anak-anak, kita akhiri pelajaran kita hari ini" Ujar guru didepan sana sembari membereskan buku-bukunya.

"Langsung fresh otak gue" Ceplos Zio begitu senang. Ia terbebas dari jeratan matematika yang mengerikan.

"Mau nongkrong gak Gar? " Tanya Nalen ingin mencairkan suasana diantara mereka. Terlebih Langit yang terlihat masih marah, tanpa mengatakan apapun ia pergi begitu saja.

Gara juga seperti Langit, pergi tanpa mengatakan apapun setelah menyambar handphone yang ada diatas meja.

"Capek gue sama kelakuan mereka" Ujar Nalen jengah.

Sagara AntariksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang