5

1K 212 12
                                    

Hela nafas lagi-lagi terdengar. Bukan karena lelah, tapi orang tua Minghao kehabisan kata-kata melihat bagaimana putra sakitnya tak memberikan usaha maksimal untuk menghabiskan makanan di hadapan.

Dua kali aduk, sekali suap. Kemudian sudah. Minghao akan mencari topik pembicaraan guna mengalihkan perhatian sang Ibu.

"Kemarin-"

"Tidak bicara sebelum makananmu habis."

"Kemarin Jun ke sini."

"Kau mengabaikanku?"

"Apa dia selalu ke sini sejak kecelakaan?"

Lagi, kali ini lebih panjang helaan nafasnya. Namun sedetik kemudian wanita dewasa yang bersandar di kursi samping ranjang Minghao mengangguk sekali. Tersenyum lembut seraya menatap sayu udara di sekitar kala mengenang sosok Jun beberapa hari belakangan.

"Ya. Sebenarnya dia sampai tadi pagi masih di sini."

"..ah. Aku terlalu lama tidur."

"Kkkk~ your boyfriend is cool.
He's a sweet boy, you know that?"

"Apa yang dia lakukan?"

"Tidak banyak."

"Katakan."

"Biasanya kalau sekedar menjenguk orang sakit, mereka membawa sesuatu yang diperlukan orang sakit saja.
Buah, vitamin, susu, makanan sehat, bahkan bunga supaya udara lebih segar.

Tapi Jun.. berbeda."

"Dia tidak bawa apa-apa? Aku tidak lihat ada bunga-"

"Dia membawakan Mama makanan."

"Dasar penjilat."

"Kkk~ tidak, Hao.
Dia hanya.. sangat penuh perhatian, kau tau?"

Bagi Hao, perkataan Ibunya mungkin terdengar sepele.

Toh, keluarga Hao tidak kekurangan harta dan Ibunya bisa beli makanan kapan saja.

Jadi perlakuan Jun belum bisa dinilai sebagai hal yang layak dipuji baginya.

"..ceritakan padaku.
Semua yang dia lakukan."

--

Satu hari setelah kecelakaan, Jun memang datang dengan tangan kosong.

Minghao masih dalam kondisi tidak baik, suasana juga sedikit canggung karena ya.. mereka pada dasarnya orang asing.

Orang tua Minghao belum sepenuhnya menganggap Jun sebagai kekasih sang anak, makanya tidak berkata banyak dan lebih memilih menyibukkan diri untuk membersihkan tubuh anaknya yang masih terbaring tak berdaya.

"Kulitnya terlalu mulus untuk seorang laki-laki."
Celetuk Jun, kala mendapati bagaimana leher hingga bahu Minghao terekspos untuk dilap oleh Ibunya.

"Itu yang membuatmu menyukainya?"

"Bukan.
Maksudku.. kau benar menjaganya bahkan dari gigitan serangga, Mama Hao."

"...."

"Ah. Mau lihat bahuku?
Ada bekas luka akibat sundutan rokok dari Ayah waktu kecil. Tapi kata Ayah, ini tandanya aku seorang pria sejati karena tahan sakit."

"Kkkk~ jadi begitu. Makanya kau bilang Minghao terlalu mulus, hm?"

"Ya."

"..apa kau akan melakukan yang sama seperti yang Ayahmu lakukan?
Kau tau, supaya membuatnya menjadi pria sejati."

"Tidak."
Spontan, tegas, juga lugas.
"Aku ingin Minghao seperti saat ini.
Kata Ayah memang luka tanda pria sejati, tapi pria juga bisa sakit.

Aku tidak mau membuatnya sakit."

I Dislike My Boyfriend [JunHao BxB]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن