9

1K 191 30
                                    

"Kencan?
Tidak. Tidak bisa."

Minghao sempat merutuki ide spontannya dalam hati.

Percaya diri sekali ia kalau Junhui akan menyukai ide ini.

Padahal kan mereka sedang tidak baik sebenarnya.

Benar kan, ditolak.

"Baiklah. Pulang saja."

"Aish. Maksudku, aku tidak bisa kencan seperti ini.
Kencan di kamusku harusnya aku yang ajak, bukan aku yang diajak."

"Huh?"

"Lagi pula aku harusnya yang menjemputmu sebagai pangeran. Sementara sekarang- aish lupakan saja."

"T-tapi!
Aku.. aku punya tempat yang mau ku kunjungi bersamamu."

Tuhan.

Kebodohan mana lagi yang kau berikan pada Minghao?

Sungguh, ia cuma asal bicara.
Makanya gugup bukan main kala Jun balas menatapnya seakan menuntut penjelasan lebih.

Untung hanya sedetik. Sebab dalam otak Minghao tiba-tiba terlintas satu tempat yang sangat ia ingin kunjungi dari dulu.

"Wen Junhui.
Bisakah kita ke taman bermain hari ini?"

Permintaan sederhana. Tidak mahal, tidak menyusahkan. Makanya Jun hanya menghela nafas, sedikit mengusak kepala Minghao sebelum mengangguk terpaksa. Tangannya langsung lancar memesan taksi via aplikasi handphone.

Sayang sekali ia telat menyadari satu hal.

"Kita kan tidak bisa main wahananya."

"Iya, memang.
Aku masih belum bisa jalan sendiri."

"Terus kenapa taman bermain?"

"Anggap saja mengenang masa kecil."

Wajah bingung Jun akhirnya sirna.

Beruntung ia selalu pakai kaos srbagai lapisan kemeja sekolahnya. Jadi sebelum mereka pergi, Jun menanggalkan atasan seragam tersebut untuk dimasukkan ke dalam tas.

Tidak lupa mengeluarkan jaketnya untuk dikenakan Minghao dan jadilah mereka, sepasang anak remaja yang bolos sekolah seakan sudah direncanakan padahal sangat sangat sangat dadakan idenya.

Perjalanan menuju taman bermain agak jauh. Namun selama di taksi, Jun cukup banyak membuka obrolan. Beberapa menimbulkan pertanyaan bagi Minghao, makanya tidak ada putusnya percakapan ini.

"Oh selain Jihoon dan Soonyoung, satu lagi temanmu itu namanya Lee Seokmin.."

"Ya.
Dia nyamuknya hubungan mereka. Paling suka bicara pakai bahasa campuran seperti inggris, spanyol, jepang, alien."

"Haha. Mana ada."

"Kau pasti tau maksudku kalau sudah lama berteman dengannya."

"Seru ya sirkel pertemanan mu."

"Aku benci mengakuinya, tapi iya.
Setidaknya mereka bisa buat aku tertawa."

"Jun, Jun.
Kita sudah hampir sampai.
Bianglala-nya terlihat dari sini."
Ucap Minghao setengah terdengar excited.

Bukan disengaja, sebab kalimat terakhir Jun ada nada sendu di dalamnya. Jadilah sosok tersebut mengalihkan pembicaraan dengan cara menunjuk ke jendela samping. Melihat bagaimana tujuan mereka makin jelas di depan mata, mau tidak mau membuat Jun mengulas senyum setelahnya.

Bagi Minghao, ini pertanda bagus.

Setidaknya suasana hati Jun tidak terlihat sedih lagi.

"Sepi ya.
Baru buka sepertinya."

I Dislike My Boyfriend [JunHao BxB]Where stories live. Discover now