Bab 50 Pernikahan (SELESAI)

43 2 0
                                    

Pagi sekali Refami sudah bangun, sekitar pukul setengah lima subuh. Pagi sekali? Setidaknya Bu Dina tidak sempat mengomel dengan teriakannya yang membuat pusing diri dan seisi rumah.

Hari ini aku menikah? Bahkan aku baru saja tidur pukul tiga dini hari karena gugup. Batinnya bergumam sendiri.

Perempuan itu memeluk guling kuat-kuat. Pagi ini adalah pagi terakhir dia bisa leluasa sendirian di kamar ini, sebelum mulai malam nanti ada penghuni baru, Marco. 

Apakah menikah dengan Marco adalah pilihan yang tepat? Tapi, terlambat. Beberapa jam lagi akad akan dimulai! Refami semakin panik saja.

Perempuan itu keluar dari kamar, memerhatikan dekorasi ruang tengah dan ruang tamu yang dipenuhi sangat banyak makanan berbagai jenis. Mulai dari kue bolu, buah-buahan, camilan keripik dalam stoples dan lemper. Belum lagi pelaminan megah telah berdiri kokoh di depan rumahnya sejak kemarin sore.

"Neng," panggil seseorang yang tak asing--perias pengantin.

Refami dengan senyum hangat menyambut tim tersebut. "Pagi banget, lho, Teh," ucapnya sambil mempersilakan masuk.

"Luluran dulu, yuk?" 

Kedua alis Refami mengerut. Perempuan ini tak pernah luluran sama sekali sebelumnya. Mungkin pernah sekali, tapi kulitnya langsung merah di mana-mana, tak cocok.

"Yuk, biar Si Aa betah nanti." Sambungnya sambil menarik kedua tangan Refami ke dalam kamar tidurnya.

Refami yang masih mencerna terlihat pasrah dengan apa yang mereka lakukan.

Pukul delapan tepat Refami sudah selesai memakai riasan dengan kebaya putih dan siger sunda. Setelah mandi tadi, dia sarapan dengan cepat dan duduk manis di depan meja rias. Hatinya sudah pasrah pada hari ini.

Suara selawat sudah menggema kencang sejak pukul tujuh pagi, membuat hati Refami semakin tak karuan. Apa lagi sekarang, pembawa acara mengatakan bahwa mempelai pria telah datang.

Perempuan ini sudah tak bisa berpikir jernih. Saat-saat genting seperti itu, tiba-tiba segerombolan teman-temannya saat SMA dan kuliah dengan liar masuk ke dalam kamar. Menyebar di seluruh penjuru.

"Cantik banget, Ami," ucap seorang perempuan dengan gaun merah muda.

"Ah, Marco pasti klepek-klepek," sahut yang lain.

"Diem." Refami malas mendengar ocehan mereka.

Masih dengan kegaduhan para perempuan ini, mereka berbondong-bondong keluar karena acara akad akan segera dimulai. Sedetik setelah berita itu, jantung Refami rasanya lolos dari raga.

Beberapa menit lagi, aku akan jadi seorang istri! Batinnya sangat histeris.

"Teh, ayo keluar." Elma menjemputnya setelah lima belas menit berlalu. Adiknya dengan perlahan membuka pintu kamar kakaknya.

Refami mengangkat alis sebelah tak paham.

"Kak Marco udah kelar akad, sekarang Teteh resmi istrinya dia," ucap Elma tanpa beban.

"Hah?" Mulutnya menganga bagai gurame di empang.

Serius?

Dengan bantuan beberapa orang, Refami dituntun untuk keluar kamar menuju meja akad di depan rumah. Suara sorakan dan godaan jelas terdengar. Tapi, Refami tak menoleh sama sekali. Malas.

Saat Refami mendongak, di sana tengah berdiri suaminya, Marco Devano dengan senyum haru menanti kedatangannya.

"Nak Refami, ini adalah suamimu. Silakan cium tangan dia." Bapak penghulu yang sedang mengambil alih acara tiba-tiba memberikan perintah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Berkah Rambut BondolWhere stories live. Discover now