[ 2 ] - Enigma

40 3 0
                                    

::: Jumat, 2 Juni 2023 :::

"Buat cerita dengan tema lucid dream."

• • • o O o • • •

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• • • o O o • • •

::: Cuplikan Novel - Calamity of Dreams :::
[ Not published yet ]

Terpasungnya sebagian atensi manusia yang mereka lewati dalam keadaan menuju ruang perpustakaan, menunjukkan bahwa Anala tidak mau mempersulit hidup dengan menyembunyikan raut wajah tak mengenakkan di waktu istirahat kala itu.

Setelah melalui proses administrasi pun, tak mau ia merepotkan diri dengan menunggu rekan sejalannya yang masih terhadang pada proses yang sama, dan langsung mengambil pojok baca lesehan yang tersedia di sudut ruangan bagian belakang.

"Kalau kau terus-terusan memasang wajah seperti itu, aku yakin tugas kita nggak akan selesai hari ini," suara laki-laki yang mengucapkannya.

Anala menolehkan pandang menuju seorang pemuda yang kini ikut duduk secara lesehan di hadapannya. Bersamaan dengan itu, meja yang tadinya kosong kini sudah terletak satu tumpukan berbagai jenis buku.

"Nggak ada hubungan antara wajah seperti apa yang mau kupasang, dengan ketuntasan tugas kita hari ini. Kau jangan ikut-ikutan omong kosong seperti dia, Yudha!"

"Ada," pemuda bernama Yudha itu bertahan, "Dengan mood seperti itu, kau nggak akan fokus mengerjakan tugas yang nanti kuberikan. Dan aku bukan orang yang terbiasa mendapat tontonan wajah seperti menahan berak pada mukamu itu ketika belajar, jadi aku pun akan mengalami kesulitan."

Berikan ini tanda bintang supaya kalian bisa mengingat; Anala bukan orang yang mau kalah, atau pun mau disalahkan, "Kalau begitu, jangan salahkan aku! Salahkan teman kesayanganmu itu. Dia benar-benar mood breaker."

Dan yang selalu terjadi kemudian adalah, Yudha akan menghela napas, tertanda kekalahan. Oh, tapi sepertinya ia masih memiliki amunisi terakhirnya, walau sebatas pertahanan diri saja, "Aku nggak begitu menyayanginya. Kuakui, dia memang menyebalkan."

Yudha adalah pemuda yang hampir selalu tahu, apa yang harus ia lakukan. Terbukti, senyum miring berpemikiran setan terbit di wajah Anala setelah mendengar pernyataan itu.

"Bagus!" akhirnya.

Mereka memutuskan untuk fokus pada alasan mengapa mereka harus berada di perpustakaan pada jam ini. Yudha mengambil selembar kertas, dan menuliskan hal-hal apa saja yang perlu dicari dan dipelajari oleh Anala, sembari membuka beberapa buku referensi yang telah dikumpulkannya.

Vivere Militare Est Where stories live. Discover now